Selamat Datang

Mencoba Melukis Makna Dalam Deretan Aksara

Sabtu, 31 Desember 2011

Indonesia Menggugat


Dalam bukunya Indonesia Menggugat yang merupakan pidato pembelaannya ketika diadili Landraad Bandung bulan Agustus 1930, Bung Karno menguraikan panjang lebar mengapa ekonomi rakyat Indonesia dihisap dan ditekan oleh pemerintah penjajah Belanda yang bersekongkol dengan perusahaan-perusahaan besar milik pemodal-pemodal Belanda. Namun yang diserang Bung Karno sebenarnya bukan pemerintah Belanda tetapi sistem kapitalisme dan imperialisme, satu paham atau satu isme yang telah “mencelakakan rakyat dan bangsa Indonesia”.

Kami memang pernah menyatakan rubuhkanlah imperialisme, rubuhkanlah kapitalisme! kami memang pernah mengatakan “imperialisme jahat, kapitalisme angkara murka, imperialisme mencelakakan kita, kapitalisme merusak rakyat, dan lain-lain sebagainya.- tetapi adakah bisa jadi, bahwa kami memaksudkan dengan perkataan imperialisme itu pemerintah yang sekarang atau keamanan umum, adakah bisa jadi bahwa kami memaksudkan dengan kapitalisme itu bangsa Belanda atau bangsa asing yang lain?
 
Kapitalisme dan imperialisme, Tuan-tuan Hukim, kapitalisme dan inperialisme sebagai kami uraikan di awal kami punya pidato, dengan disokong dalil-dalil orang yang ternama, bukanlah bangsa Belanda, bukanlah bangsa asing yang lain, bukanlah kaum BB, bukanlah kekuasaan pemerintah, bukanlah suatu badan atau materi kapitalisme dan imperialisme sebagai tiap-tiap perkataan yang berakhiran “isme” adalah suatu paham, suatu pengertian, suatu sistem!
  
Sistem ini yang mencelakakan, sistem ini yang jahat, sistem ini yang harus dirubuhkan, bukan bangsa asing, bukan pemerintah, bukan kekuasaan pemerintah! Amboi, adakah kami begito goblok, adakah kami kurang otak atau barangkali miring otak, mengira bahwa imperialisme sama dengan kekuasaan pemerintah, kapitalisme sama dengan bangsa asing? (Soekarno, 1930, Indonesia Menggugat, Departemen Penerangan, 1952: 177-178).


Malang, 31 Desember 2011 




Jumat, 30 Desember 2011

Melacak Arah Pembangunan Butur



Banyak yang memahami bahwa sukses sebuah pembangunan dilihat dari gedung megah yang dibangun, dilihat dari licinya jalanan dan lain sebagainya yang identik dengan pembangunan fisik sebuah daerah. Kalau dilihat secara dangkal dan hanya melihat pembangunan itu dari segi infrastruktur maka kita semua tentu sepakat bahwa bangsa indonesia telah sukses mencapai puncak tertinggi pembangunan. Tapi apakah benar pembangunan adalah sebuah proses pembangunan sacara fisik saja. Dalam hal ini saya sepakat dengan pandangan bahwa pembangunan itu bukanlah sekedar menonjolkan sesuatu yang sifatnya fisik saja tapi inti dari pembangunan adalah bagaimana meningkatkan modal finansial dan modal sosial masyarakat.

Sebuah pembangunan harusnya membawa dampak sosial dan finansial pada masyarakat, artinya ketika sebuah pembangunan jalan misalnya, adalah paling minimal dalam pembuatan jalan tersebut harus menambah dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Maksudnya bahwa dengan dibangunnya jalan hal tersebut mempermudah arus perekonomian ekonomi masyarakat. Sehingga dengan sendirinya hal tersebut bisa mengangkat derajat sosial masyarakat, yang dulunya miskin kemudian derajatnya mengalami peningkatan dalam kelas sosial masyarakat atau bagaimana pemerintah membuka lapangan kerja yang akan meningkatkan kehidupan masyarakat. Dalam catatan ini saya hanya mencoba menafsir pembangunan yang ada di Buton Utara, apakah pembangunan di Butur, untuk menambah modal sosial dan modal finansial masyarakat atau justeru itu hanya menambah modal sosial dan modal finansial para kontraktor maupun oleh mereka yang masuk pada wilayah siluman kemudian membentuk pemerintahan bayangan yang mencoba meraup keuntungan sepihak dalam pembangunan dengan kekuatan pemerintah bayangan yang mereka bentuk.

Pemandian mata rombia, gambar by Sulawesi Chanel

Pembangunan yang ada di Buton Utara lebih banyak disebabkan oleh pengaruh efek pemerintah bayangan yang memiliki kekuatan untuk menekan lembaga-lembaga pemerintah, LSM, maupun masyarakat sehingga mereka tidak bisa berbuat karena mereka diposisikan sebagai pihak yang ditundukan, hal ini dalam bahasa Agustino menyebut kelompok seperti ini sebagai local strong man. Banyak dari pembangunan-pembangunan ini tidak membawa efek bagi masyarakat, justeru menimbulkan persoalan lain. Ketika perilaku lokal strong man ini makin menggurita maka masyarakat jangan berharap bahwa pembangunan akan berjalan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, tapi pembangunan akan mengalami perubahan tujuan yang semula untuk kesejahteraan menjadi sebuah bisnis. 


Kawasan Sawah di morindino yang nasibnya tidak jelas,  
gambar by mukmin syarifuddin
Pembangunan drainase buntu karena tidak ada pembuangan akhir hanya menimbulkan persoalan, munculnya aroma tidak sedap dan ketika musim hujan air menggenang dan ini berdampak pada munculnya penyakit lain. Beberapa waktu yang lalu saya sempat bincang-bincang dengan seorang petani warga bonegunu, mereka menginginkan lahan mereka yang akan dijadikan sebagai sawah dikerjakan sendiri. Namun oleh seorang pengusaha mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin dikerjakan secara manual sehingga proyek tersebut harus di pihak ketigakan. Dalam data sang kontraktor mengatakan bahwa lahan tersebut merupakan lahan berat pada hal versi masyarakat lokal kompleks persawahan tersebut 70%nya adalah lahan ringan. Pada hal masyarakat sangat berharap kalau mereka sendiri yang mengerjakan paket pengerjaan percetakan sawah dilikasi mereka dengan harapan bahwa dana pencetakan sawah tersebut bisa mereka sisipkan sebagai modal usaha mereka. Persoalan lain yang menimbulkan kecemburuan sosial adalah perekrutan tenaga kerja dalam pengerjaan paket-paket proyek yang ada di Buton Utara. Dalam paket pengerjaan proyek banyak diambil tenaga kerja dari luar dan penduduk lokal hanya menjadi penonton yang berujung pada pemiskinan penduduk lokal.

inilah salah satu bukti pembangunan di butur yang memprihatinkan, 
belum lama di bangung sudah hancur, gambar by Mukmin Syarifuddin

Saya melihat ada beberapa hal yang nantinya akan menjadi kesulitan bagi pemerintah butur dalam dalam upaya mengurangi kemiskinan dalam konteks pembangunan. Pertama, munculnya kekuatan kelompok pengusaha yang mencoba mengambil keuntungan yang membuat kelompok lain seperti petani, nelayan, buruh dan lain sebagainya tetap dalam posisi termarginalkan, kedua, ketidak seimbangan laju perkembangan antar sektor ekonomi akibat preferensi strategi pembangunan ekonomi yang tidak akurat. Ketiga, ketimpangan pembangunan antar sektor ekonomi akibat kegagalan implementasi strategi pembangunan. Keempat, asimetri hubungan antar wilayah perkotaan dan pedesaan akibat pemerintah hanya memusatkan kegiatan ekonomi pada wilayah perkotaan.

Pemerintah sebagai unsur negara harusnya mengambil peran dalam kondisi seperti ini, sehingga negara kesannya tidak menjadi sebagai sekedar alat untuk menindas rakyat sebagaimana dalam pandangan Marx. Kalau pemerintah butur ingin serius dalam menyejahterakan warga butur harusnya membuat kebijakan yang melindungi warga butur. Dalam hal tenaga kerja harusnya menetapkan pembagian 80:20, dimana 80% tenaga kerja pengerjaan pekerjaan-pekerjaan  tertentu harusnya diambil dari warga lokal dimana paket proyek tersebut dilaksanakan, sisa dari 80% tersebut kemudian diambil dari luar sehingga terjadi proses transformasi keterampilan. Disamping itu dengan melakukan proses seperti ini tidak akan menimbulkan kecemburuan sosial. Dengan tampilnya pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat maka dengan sendirinya masyarakat terlindungi dan proses distribusi kekuasaan tersalurkan secara adil. Dengan seperti itu masyarakat merasa bahwa kehadiran pemerintah telah membawa perubahan pada kehidupan mereka.

Malang, 30 Desember 2011

Kamis, 29 Desember 2011

Menguak Misteri Detak Jantung Lukisan Sukarno



Ada setitik penasaran yang bergejolak dan menginginkan pembuktian ketika seorang teman menceritakan pada saya bahwa lukisan sukarno yang dipajang pada sebuah galeri dikompleks makam sukarno di kabupaten Blitar menyimpan sebuah misteri. Sudah cukup banyak yang sudah membuktikan bahwa lukisan sukarno yang dipajang di pemakaman beliau seolah hidup. Jika lukisan tersebut di lihat dari samping, bagian jantung pada lukisan tersebut seolah berdenyut sebagaimana jantung manusia normal. Denyut jantung lukisan ini oleh masyarakat kemudian dikaitkan dengan hal yang berbau mistis, mulai dari kesaktian, kharisma dan lain sebagainya. Saya kira hidup di abad modern yang mengedepankan sisi rasionalitas adalah suatu yang sangat mustahil kalau kita mengaitkan antara detak jantung sebuah lukiskan dengan kekuatan magis tertentu. Karena abad yang menjunjung rasionalitas ini mengharuskan kita untuk menilai sesuatu pada sisi rasionalitas maka dalam memahami dan menganalisa sesuatu tentu kita harus mendasarkan pemikiran pada sesuatu yang diterima oleh akal pikiran secara rasional.

Dalam hal ini saya lebih sepakat dengan analisa seorang pelukis yang mengatakan bahwa lukisan tersebut tidak memiliki kekuatan magis tertentu. Dalam membuat suatu lukisan seolah hidup adalah sebuah kecakapan luar biasa dari para penjiwa seni.  Dimana hal seperti itu bagi mereka bukan sesuatu yang luar biasa. Permainan warna dan cat pada setiap goresan diatas kanvas membawa makna yang dalam, yang bisa membuat hidup setiap lukisan yang mereka hasilkan. Proses detak jantung pada lukisan tersebut hanyalah sebuah proses permainan warna. Dimana ketebalan cat pada bagian-bagian tertentu sangat berbeda. Pada bagian jantung lukisan sukarno, diberi torehan warna yang agak tipis dibanding dengan bagian lain lukisan. Dengan melakukan torehan warna tipis yang berbeda bagian lukisan, maka pada bagian jantung merupakan bagian sensitif pada lukisan. Sekecil apapun getaran yang terjadi pasti pada bagian yang tipis ini akan bergerak. Dan hembusan angin paling haluspun bagian ini akan menibulkan sebuah reaksi, karena hal ini juga yang membuat kenapa lukisat tersebut tidak dibuatkan bingkai kaca maupun dipajang menyandar pada dinding.


Blitar, 29 Desember 2011

Rabu, 28 Desember 2011

Menulis

Penulis tidak pernah dilahirkan, tetapi dia diciptakan. 
Bakat menulis tidak selalu dibawa sejak lahir, 
tetapi tumbuh oleh satu motivasi dan gagasan.

 

Bambang Trimansyah)

Senin, 26 Desember 2011

Catatan Pengantar Tidur


Sejak manusia diciptakan hingga mencapai peradaban yang ada saat ini tentu bukanlah rentang waktu yang pendek. Bilangan ribuan bahkan jutaan tentu bukanlah waktu yang pendek jika angka tersebut digunakan untuk mengukur perjalan waktu umat manusia. Ada sesuatu yang tidak pernah memudar walaupun telah melintasi jarak, waktu dan zaman entah itu seribu, sejuta atau entah kapanpun tidak akan pernah memudar dan tidak akan punah tergilas zaman. Sesuatu yang kehadirannya begitu memikat setiap manusia, mengubah kegersangan dan menumbuhkan bunga-bunga keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk dan damai. Sesuatu yang kehadirannya menebarkan aroma keindahan dan kesegaran. Sesuatu yang kedatangannya meniupkan roh kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sesuatu itu adalah cinta.

Kita tidak bisa membayangkan kehidupan dunia ketika cinta tidak ada didunia ini, betapa hambarnya jalinan persaudaraan ketika tidak disertai cinta. Ketika kehidupan dunia tanpa cinta, terlahir di dunia mungkin adalah sebuah kutukan. Tidak heran kalau banyak orang yang merangkak menuju kesuksesan karena cinta yang mereka miliki. Saat cinta menyapa maka saat itu juga sirna kata susah, semua rasanya seolah penuh dengan keindahan. Cinta meminjam ungkapan dari kahlil gibran seperti mereguk secawan anggur yang melenyapkan dahaga. Cintalah yang membuat indah kehidupan dan kehadirannya sungguh memerangkap siapapun. Sang penyair besar Rumi adalah sosok pengagum cinta dimana ia pernah mengatakan bahwa manakala engkau melihat cinta dalam dirimu, tambalah ia supaya ia bertambah...karena yang bertambah cintanya tidak akan pernah menyesal. 

Dalam catatan ini saya tidak menulis cinta dalam artian sempit yang hanya memandang cinta pada pada sebatas jalinan kasih antara pria dan wanita karena menulis cinta secara dangkal hanya akan menodai keagungan cinta itu sendiri. Tapi catatan ini melihat cinta dari perspektif yang luas baik dalam dunia kerja, pergaulan, dunia bisnis dan lain sebagainya.

Saya melihat ada pergeseran paradigma dalam strata sosial saat ini, tidak sedikit para penulis hebat saat ini menganjurkan cara hidup yang tidak berorientasi lagi pada materi. Pada era sebelumnya kita dituntut bahkan motifasi kita dalam mengejar sesuatu selalu dinilai dengan materi. Tidak heran kalau maslow seorang psikolog yang menulis dalam bukunya bahwa manusia dalam mengejar sesuatu dimotifasi nafsu sex dan uang. Namun saat ini sepertinya terjadi pergeseran cara memandang proses pencapaian tujuan. Saat ini banyak penulis yang memasukan unsur cinta dalam pencapaian tujuan, persoalan uang dan sex yang dalam pemikiran maslow adalah unsur utama tapi bagi para pemikir lain itu hanyalah merupakan efek samping saja bukan merupakan tujuan.

Mengenai kajian bagaimana penerapan cinta dalam dunia kerja, sangat jelas dijabarkan oleh la ode masihu kamaludian dalam sebuah bukunya dimana fokus utama kajian dalam bukunya adalah mengkhususkan pada cepat kaya diusia muda hanya bermodal cinta. Pembahasan yang dituturkan cukup bening, tajam dan mengena dengan fakta sosial saat ini. Apa yang dibahas oleh masihu ini sepintas mirip dengan apa yang di kaji oleh maxwel, keduanya memasukan unsur cinta sebagai tool utama dalam membahas pencapaian sebuah tujuan. Kedua penulis ini menekankan akan pentingnya cinta, malah cinta adalah modal penting dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Pentingnya cinta ini juga pernah ditulis oleh Penulis buku don’t sweet the small stuf, Richard Calson menulis, tujuan hidup ini bukanlah untuk menyelesaikan semua tugas, tapi untuk menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup dan merasakan hidup yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Merasakan hidup yang penuh dengan cinta dan kasih sayang mempunyai makna bahwa dalam mengerjakan sesuatu kita harus menerapkan pola pikir yang benar, keinginan yang kuat dan semangat pantang menyerah. Saya sangat yakin ketika seseorang melakukan apa yang dia kerjakan karena didasari oleh cinta, tidak ada sedikitpun lelah yang mereka rasakan. Semua kesulitan akan dilalui dengan senyum dan tidak ada sedikitpun jenuh, penyesalan maupun rutukan kebosanan. Dalam bukunya The Wealth of Nations, Adam Smith menuturkan bahwa: “…..kita tidak hidup dari belas kasih penjual roti……….melainkan karena kecintaaan penjual roti tersebut kepada dirinya sendiri…..”. Maksud pernyataan tersebut adalah penjual roti memproduksi roti-roti yang mereka jual bukanlah karena kasih sayangnya kepada kita melainkan karena kecintaan penjual roti tersebut kepada dirinya sendiri agar dia bisa memenuhi kebutuhan dirinya yang lain dari imbalan atas roti yang dijual kepada kita. Tapi kalau diteliti lebih dalam lagi, dengan kecintaan pada dirinya sendiri sekaligus mendorong penjual roti tersebut untuk memberikan perhatian kepada para pembeli rotinya, yaitu dengan memproduksi roti-roti yang bermanfaat serta memuaskan para pembelinya agar roti buatannya selalu dibeli. Orang yang mengalami stres dalam pekerjaan sebenarnya adalah mereka yang bekerja bukan karena didasari oleh cinta, tapi mereka melakukan pekerjaan karena pengejara atas nilai materi semata.

Memasukan unsur cinta dalam melakukan setiap pekerjaan adalah seperti sebuah nafas panjang yang akan membuat semangat dalam melakukan setiap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. Dan ketika kita telah melakukan pekerjaan dengan cinta maka imbalan yang didapat bukan hanya dari materi tapi didapatkan dari keduanya. Merujuk pada hukum positif, maka sesuatu yang baik akan berbalas dengan kebaikan pula. Mungkin karena persoalan ini hingga sekarang banyak toko-toko besar yang dalam memasarkan produknya tidak lagi mengutamakan kulaitas produk yang mereka jual, begitu juga dengan bisnis jasa mereka sudah menerapkan unsur cinta dalam memberikan pelayanan. Sebuah perusahan maskapai penerbangan terbesar di amerika menganjarkan kepekaan cinta pegawainya sehingga mereka sudah memahami keinginan pelanggan dan sebelum pelanggan mereka menyebutkan keinginan mereka para pegawai sudah menawarkan apa yang mereka inginkan.




"Cinta adalah sebuah karya dalam dunia yang kecil,
bersembunyi dengan manis disetiap hati manusia,
akan menyerbak dengan harum
ketika sentuhan kecil itu menyentuh hati tanpa ragu,
sehingga kamu lupa kapan kamu pernah mencintai seseorang."



Malang, 26 Desember 2011

Sabtu, 24 Desember 2011

Butur Dalam Perspektif Good Governance


Seiring dengan perkembangan zaman sistem pemerintahan telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan ini adalah proses pencarian formula yang tepat untuk melakukan sistem pemerintahan yang tepat. Dulu terkenal dengan istilah government, governance hingga saat ini menjadi good governance. Istilah government menyimpan berbagai kelemahan dalam sistem pemerintahan, dalam goverment pemerintah berkuasa sepenuhnya. Kelemahan ini kemudian di ubah menjadi istilah governance namun sistem governance kemudian dianggap kurang bagus karena pemerintah dan swasta cenderung mengeksploitasi masyarakat. Hingga kemudian sistem pemerintahan berubah menjadi good governance. Good governance ini mengusung semangat reformasi dengan menempatkan masyarakat sebagai pilar utama pemerintahan daerah.

Good governance ini kemudian dianggap sebagai sebuah formula yang dianggap mampu memberi warna pada pemerintahan. Dimana dalam good governance ini menyatukan tiga komponen yang dalam sistem pemerintahan government maupun governance tidak pernah berpikir tentang tiga  komponen ini. Konsep good governance menganggap bahwa dalam pemerintahan harusnya melibatkan tiga komponen.  Karena dengan melibatkan ketiga komponen ini pembangunan diharapkan bisa berjalan dengan baik. Kalau hanya dua komponen yang berjalan dalam proses pembangunan, yaitu pemerintah dan swasta yang akan terjadi adalah eksploitasi terhadap cipil society. Sehingga dengan terlibatnya ketiga komponen ini ada proses evaluasi dan kontrol dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Namun kerja sama ketiga komponen dalam good governance seringkali diabaikan oleh pemerintah, yang paling sering terjadi dalam proses pembangunan adalah melibatkan dua komponen saja, yaitu pemerintah dan swasta. Masyarakat atau civil society hanyalah pihak yang tereksploitasi oleh kepentingan pihak pemerintah dan swasta. 

Sebagai contoh dalam kasus pengabaian cipil society dalam sistim pemerintahan sangat jelas pada beberapa kasus yang terjadi di Buton Utara. Dalam pembangunan pemerintah cenderung arogan dalam melaksanakan pembangunan. Tanpa sosialisasi pihak pemerintah menggusur lahan masyarakat untuk pembangunan jalan raya. Pada hal dalam aturan undang-undang agraria, satu tahun sebelum penggusuran sudah harus diadakan sosialisasi terlebih dahulu. Tanpa ada pemberitahuan, para kontraktor sebagai pemenang tender dan pelaksana proyek langsung mengadakan penggusuran terhadap  kebun yang selama ini menjadi sumber pencaharian masyarakat buton utara. Pada kasus lain ada rencana pemindahan masyarakat lantagi. Pemindahan ini demi kepentingan pemerintah dalam pembangunan bandara di Kabupaten Buton Utara. Namun pembangunan bandara ini sangat merugikan masyarakat. Tanah masyarakat berdasarkan data NJOP Propinsi Sultra permeter tanah masyarakat hanya dihargai sekitar Rp. 5.500 pada posisi tertinggi, sementara harga terendah berada dikisaran Rp. 1.700. Sangat jelas kalau keputusan ini sangat merugikan masyarakat. Bagaimana mungkin pemerintah mengentaskan kemiskinan kalau pada sisi lain masyarakat justeru dimiskinkan.

Hal tersebut diatas tentu sangat berbeda dengan apa yang tertuang dalam profil Buton Utara tahun 2010, dimana pendekatan pembangunan pada poin satu adalah menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Tapi pada sisi lain masyarakat justeru dijadikan pihak yang dieksploitasi oleh pemerintah. Kalau pemerintah sungguh-sungguh ingin menanggulangi kemiskinan harusnya tidak hanya sebatas layanan bibir atau hanya sebatas hiasan profil yang tertuang dalam rencana isu dan agenda pembangunan tapi pemerintah benar-benar menerapkan apa yang sudah menjadi program kegiatan pemerintah sendiri.

Karena masyarakat sebagai unsur penting dalam konsep good governance maka partisipasi masyarakat harus benar-benar dilibatkan termasuk dalam penentuan harga tanah mereka. Dengan pelibatan masyarakat dalam pembangunan paling tidak masyarakat merasa bahwa mereka memiliki Buton Utara. Mereka akan menjadi tameng ketika pemerintah di lecehkan karena mereka merasa bahwa mereka adalah bagian dari pemerintah Buton Utara. Tidak seperti yang terjadi pada saat terjadi kasus pembakaran beberapa waktu lalu. Masyarakat dengan acuh mengatakan kenapa saya harus turut campur dalam persoalan seperti itu, apa yang saya dapatkan, harusnya kontraktor yang maju, disini seolah-olah Buton Utara adalah milik pemerintah dan kontraktor saja. Saya kira ini adalah bentuk jawaban yang disebabkan oleh tidak adanya rasa memiliki seperti yang dibahasakan diatas.

Bukit Sara'ea yang dijadikan sebagai kompleks perkantoran
Kabupaten Buton Utara 
 

Dalam administrasi pembangunan, Korten menyatakan betapa pentingnya partisipasi dalam berbagai proses pembangunan sehingga pembangunan dapat dijalankan untuk meningkatkan martabat manusia sebagaimana tertuang dalam gagasan dasarnya people centered development. People centered development ini juga telah diadopsi oleh pemerintah Buton Utara sebagaimana yang tertuang dalam profil Kabupaten Buton Utara tahun 2010 halaman 12, dimana didalamnya memuat produktifitas, ekuitas, kesinambungan dan pemberdayaan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan paling tidak ada dua fungsi penting dalam pelibatan ini. Pertama, sebagai sarana swaedukasi kepada masyarakat mengenai persoalan publik. Dalam fungsi ini partisipasi masyarakat tidak akan mengancam stabilitas politik. Kedua, sebagai sarana untuk menampilkan keseimbangan kekuasaan antara masyarakat dan pemerintah kepentingan dan pengetahuan masyarakat dapat terserap dalam agenda pemerintahan. 


Good governance sepertinya masih sebatas wacana untuk wilayah Buton Utara, good governance belum benar-benar menjadi acuan dalam pelaksanaan pemerintahan. Good governance masih sebatas permainan dan retorika penguasa. Partisipasi publik masih sebatas musrembang dan hasil keputusan musrembang tidak sepenuhnya bisa diwujudkan oleh pemerintah. Mengutip hasil kajian dari Syamsuddin Haris 2001, Harjosoekarto mengungkapkan bahwa peluang penyalahgunaan kekuasaan oleh elit lokal terbuka lebar karena ketiadaan mekanisme konstitusional bagi masyarakat untuk ikut mengawasi jalannya pemerintahan lokal. Merujuk pada apa yang diungkapkan oleh Harjosoekarto saya sepakat kalau penyalahgunaan kekuasaan oleh elit lokal terbuka lebar termasuk di Buton Utara masih ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kekuasaan.
Malang, 24 Desember 2011

Pesan Cinta Dan Damai Natal 2011


Setiap moment menyimpan kesan yang mendalam, sebuah kesan yang benar-benar menjadi sesuatu yang membawa nilai yang mempererat kehidupan maupun memendam sejarah yang membanggakan dalam perjalanan waktu. Kisah yang tidak memudar melitasi zaman yang telah menempuh perjalanan yang membawa peradaban-peradaban yang memberi warna tertentu bagi kehidupan umat manusia. Cukup banyak rujukan yang menjadi dasar bagi umat manusia saat ini yang menyimpan kisah orang-orang yang membawa perubahan bagi kemajuan peradaban yang dicapai hingga saat ini. Banyak dari tokoh-tokoh pengubah wajah peradaban dan bertahan hingga saat ini adalah mereka yang mengubah wajah sejarah dengan menghembuskan roh spritual bagi kehidupan peradaban. Bagi mereka peradaban akan mencapai kedamaian ketika perilaku kehidupan telah mencapai tingkat pemahaman akan etika prilaku sosial. Berjuang menegakan kebenaran tentu bukan sesuatu yang mudah, lebih-lebih ketika masyarakat masih menghamba pada segala bentuk animisme dimana perlawanan terhadap kepercayaan nenek moyang mereka dianggap bentuk perlawanan terhadap Tuhan mereka dan perlawanan seperti adalah sebuah bencana.

Hidup ditengah komunitas yang masih mengagungkan kepercayaan leluhur yang menyesatkan tentu bukan sesuatu yang mudah bagi seorang pemuda seperti Isa Al-Masih sang juru selamat. Al-Masih mudah banyak mencurahkan hidupnya untuk mengubah kehidupan peradaban yang telah sesat dan kelam. Dia mempertaruhkan hidupnya dalam intimidasi dan teror dari bangsanya sandiri, hingga Dia sendiri menjadi korban penyaliban kesesatan kaumnya sendiri. Kebiadaban itu tidak berhenti hanya pada terbunuhnya Isa Al-Masih, tetapi murid-muridnya juga diancam dan mereka hidup dengan melakukan hijra ke negara lain, sebuah buku yang berjudul sejarah agama Kristen menyebutkan bahwa murid Isa Al-Masih bernama Mathius pasca terbunuhnya Isa Al-Masih menyelamatkan diri menuju Afrika.

Sebagai seorang tokoh reformasi yang mengubah wajah peradaban masyarakat dari matahari kesesatan menuju matahari kebenaran, adalah sesuatu yang wajar ketika umat kristen saat ini meryakan kelahiran sang Pahlawan kehidupan yang menghiasi namanya bukan hanya dalam kitab ajaran yang dibawahnya, tapi sekaligus menorehkan namanya dalam deretan aksara dua kitab agama besar, injil dan Alqur,an. Untuk merayakan kelahiran Isa Al-Masih Kristen mengabadikan dalam ucapan natal yang berasal dari bahasa latin yang artinya kelahiran. Namun yang terpenting bukanlah perayaan dari natalnya tapi makna yang terselip dalam perayaan makna natal itu sendiri. Pdt Jantje Kanipa, STh, Gembala Sidang Jemaat Gereja Kristen Nasarene Nehemia Abepura di Jayapura, mengungkapkan bahwa Makna utama dari perayaan Hari Natal adalah berdamai dengan diri sendiri dan juga dengan orang lain. "Artinya, sebelum seseorang berdamai dengan orang lain, terlebih dahulu orang itu harus bisa berdamai dengan dirinya sendiri."(Kompas.Com,9Desember 2011).

Merujuk pada ungkapan pendeta Jantje Kanipa, STh, saya sepakat bahwa berdamai dengan diri sendiri merupakan sebuah awal dalam penyebaran kedamaian-kedamaian dalam dunia yang lebih luas. Cahaya kedamaian yang terpancar dari diri seseorang akan memancar mencari kedamaian-kedamaian pada diri yang lain, kemudian kadamaian pribadi bersama kadamaian yang lain mengembara membawa pesan kedamaian yang lebih besar pada komunitas dengan skala yang lebih besar. Kedamaian tidak akan pernah tercipta sebelum bisa berdamai dengan diri sendiri, Napolen Hill dalam sebuah bukunya menceritakan tentang seorang pemudah tangguh yang mempunyai sebuah visi yang sangat mulia yaitu ingin mengubah dunia. Setelah mencoba beberapa kali ia menemukan betapa susahnya melukukan perubahan pada dunia. Dalam usia tua dia kemudian berpikir kalau mengubah dunia terlalu sulit kenapa saya tidak mengubah diri saya sendiri. Setelah mengubah dirinya sendiri yang tanpa kesulitan, kemudian ia mencoba mengubah keluarganya, kemudian mengubah lingkungannya. Kemudian dia berpikir bahwa betapa bodohnya dia, karena seandainya dia mengubah dnia dari dirinya sendiri maka tidak mungkin kalau diusianya yang tua dia telah mampu mengubah dunia.

Bagi yang merayakan Natal, Selamat Hari Natal dan Selamat Tahun Baru 2012, semoga damai tetap terjaga dan memacar dari setiap individu yang akan membawa cahaya damai hingga mencapai semesta.



Malang, 24 Desember 2011

Rabu, 21 Desember 2011

Pesan Sang Rocker

 What I,ve Done


Bukan manusia kalau ia tidak pernah berbuat salah, namun ini bukan sebuah legitimasi agar orang berbuat salah secara berjamaah. Tapi ungkapan ini hanyalah ungkapan menghibur atas penyesalan terhadap sebuah kesalahan yang telah dilakukan. Dan memang manusia bukan malaikat yang dalam setiap melakukan tindakan karena atas perintah dan arahan dari Tuhan tapi manusia dalam melakukan sesuatu didasari oleh pikiran dan hasrat, sehingga tingkat kesalahan dan kebenaran atas apa yang kita lakukan akan sangat ditentukan oleh kedalaman dan ketajaman analisis yang digunakan.

Orang akan menilai salah terhadap apa yang dilakukan orang lain karena ia tahu bahwa berdasarkan standar kebenaran yang kita anut, bahwa apa yang dilakukan oleh orang tersebut adalah salah. Bagi orang yang tidak pernah tahu antara batasan benar dan salah maka baginya semua apa yang dilakukannya adalah benar. Bahkan secara pribadi saya mengatakan bahwa pencari kebenaran secara otodidak meletakan sisi kesalahan sebagai tools untuk menemukan sebuah kebenaran. Menentukan batas benar salah adalah sesuatu yang sulit, tapi bagi orang yang menjalani hal tersebut tentu dia sangat memahami letak benar dan salah sesuai standar pikiran dan perasaan mereka. Jadi yang terpenting adalah bukan menghindari dari setiap kesalahan yang pernah dilakukan, tapi yang terpenting adalah berapa besar nilai yang didapat dari kesalahan tersebut. 

Dalam hal kesalahan ini saya sangat sepakat dengan apa yang ditulis dalam sebuah buku bahwa apa yang dicapai oleh setiap orang merupakan akumulasi dari berbagai kesalahan yang mereka pernah lakukan. Tapi akumulasi disini bukan merupakan kumpulan kesalahan murni tapi lebih merupakan akumulasi pengetahuan yang dipelajari dari setiap kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Namun terkadang tidak sedikit juga yang menjadikan kesalahan mereka sebagai sebuah argumen untuk menjustifikasi dan mengekang apa yang harus mereka lakukan dalam setiap kegiatan yang akan mereka lakukan. 

Mengenai penyesalan atas apa yang sudah pernah dilakukan sangat jelas digambarkan oleh Linkin Park dalam sebuah lagunya What I,ve Done. Disini linkin park menyimpulkan bahwa kenapa harus ada penyesalan ketika kita sudah benar-benar menempatkan diri kita pada posisi yang tepat dari kebenaran maupun ribuan kebohongan-kebohongan.  Dan dalam setiap penyesalan, sejalan dengan penyair Aesilus maka disini Linkin Park menulis bahwa biarkanlah rahmat datang dengan sendirinya dan membersihkan apa yang sudah kita lakukan. Memang kita harus berani menghadapi diri kita dalam melintasi apa yang sudah menjadi garis yang akan kita tuju. 

I’m forgiving what I’ve done!!!. Saya sangat sepakat dengan kalimat ini, bahwa kita harus memaafkan atas segala yang pernah kita lakukan. Memaafkan atas apa yang pernah kita lakukan bukan berarti membuat kesalahan yang banyak atau mengulang kesalahan yang pernah dilakukan. Tapi memaafkan kesalahan maksudnya adalah memposisikan kesalahan pada sisi yang sesuai dengan kadar kesalahan tersebut dan kemudian setelah meletakannya pada posisi tersebut maka kita harus melepaskan apapun yang telah dilakukan.  Tidak sedikit orang yang mengabaikan hal ini tapi buat saya pesan ini seperti sebuah pelita yang menerangi hati kita dalam menemukan dan menentukan arah dan rambu dalam pekatnya jiwa.



Malang, 21 Desember 2011

Selasa, 20 Desember 2011

Over The Hills And Far Away






Lama tidak mengisi blog ini dengan catatan, sedikit goresan sekedar menyeka debu blog yang selama ini tidak tersentuh. Catatan kali ini sekedar merefresh pikiran, untuk itu saya hanya akan menafsirkan sebuah syair dari  “NIGHTWISH”. 

Ditengah malam buta disaat musim dingin yang naas dengan salju yang perlahan berguguran mencium bibir bumi, masyarakat dihebohkan oleh sebuah berita, kalau ditempat mereka telah terjadi perampokan. Seorang pria dituduh kalau dia telah melakukan perampokan. Tanpa mendengar alasan sedikitpun dia digelandang menuju kantor polisi, dimana dalam kasus ini azas praduga tidak bersalah sangat dikesampingkan. Para penangkap dengan gagahnya mengatakan bahwa tanpa alibi mereka sudah bisa memenjarakan pria yang dituduh merlakukan perampokan. Dia menjadi korban penahanan tanpa bukti dan alasan yang kuat, Prasangka dianggap sebuah instrumen yang tepat untuk menentukan sebuah vonis.

Banyak orang yang sebenarnya paham dengan apa yang tengah mereka alami, mereka sadar bahwa hal tersebut merupakan aniaya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, karena adanya kekuatan dan tekanan dibalik penangkapan mereka. Dalam kasus ini seorang pria telah dianiaya dan membuat dirinya diasingkan diatas sebuah bukit yang jauh. Dia disekap dalam sebuah penjara dimana selama 10 tahun dia akan menghitung tanpa lelah menunggu fajar kebebasan. 

Dia tahu bahwa aniaya yang telah memenjarakan dia telah mengorbankan kasih sayangnya namun dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Walaupun jantungnya menggelora ingin melawan namun mereda ketika sadar bahwa hasrat perlawanan hanya akan membuat keadaan dia lebih buruk. Dia harus menahan air mata amarah yang menggenang dan mengaburkan pandangan dia hanya karena kebenaran tidak berpihak.  

Dalam penjara pengasingan berjeruji disebelah perbukitan yang jauh dia hanya bisa memandang dan berdoa, bahwa dia akan kembali suatu hari nanti sebagaimana sungai mencapai laut, dan dia berkata bahwa bila saatnya nanti dia akan kembali dalam pelukan indah kebebasan dan jika saat itu telah tiba maka cahaya harapan akan menangisi kebebasannya.



Malang, 20 Desember 2011