Selamat Datang

Mencoba Melukis Makna Dalam Deretan Aksara

Jumat, 24 Februari 2012

Humor Politisi

Suatu hari rombongan politisi mengadakan kunjungan kerja ke suatu daerah. Dalam perjalanan, bis yang ditumpangi rombongan itu mengalami kecelakaan, kejadian itu disaksikan oleh seorang petani tua. Melihat banyaknya korban yang meninggal, si petani beserta warga sekitar langsung mengadakan penguburan massal. Suatu ketika datang seorang polisi yang datang untuk menyelidiki kecelakaan tersebut. Polisi bertanya pada petani, "Pak, apakah ada korban yang masih hidup???". Jawab petani, "Memang ada beberapa korban yang mengatakan kalo dia masih hidup, namun anda kan tahu politisi suka berbohong, jadi ya saya kubur semuanya..!".

Jumat, 17 Februari 2012

Gambar Telanjang Ternikmat

 
Dalam pengertian aslinya, pornografi secara harfiah berarti "tulisan tentang pelacur", dari akar kata Yunani klasik "πορνη" (porne) dan "γραφειν" (graphein). Mulanya adalah sebuah eufemisme dan secara harafiah berarti '(sesuatu yang) dijual.' Kata ini berasal dari dari istilah Yunani untuk orang-orang yang mencatat "pornoai", atau pelacur-pelacur terkenal atau yang mempunyai kecakapan tertentu dari Yunani kuno. Pada masa modern, istilah ini diambil oleh para ilmuwan sosial untuk menggambarkan pekerjaan orang-orang seperti Nicholas Restif dan William Acton, yang pada abad ke-18 dan 19 menerbitkan risalat-risalat yang mempelajari pelacuran dan mengajukan usul-usul untuk mengaturnya. Istilah ini tetap digunakan dengan makna ini dalam Oxford English Dictionary hingga 1905.

Belakangan istilah digunakan untuk publikasi segala sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang dianggap berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan, penyajian atau konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan rangsangan seksual. Sekarang istilah ini digunakan untuk merujuk secara seksual segala jenis bahan tertulis maupun grafis. Istilah "pornografi" seringkali mengandung konotasi negatif dan bernilai seni yang rendahan, dibandingkan dengan erotika yang sifatnya lebih terhormat. Istilah eufemistis seperti misalnya film dewasa dan video dewasa biasanya lebih disukai oleh kalangan yang memproduksi materi-materi ini. Meskipun demikian, definisi pornografi sangat subyektif sifatnya. Karya-karya yang umumnya diakui sebagai seni seperti misalnya patung "Daud" karya Michelangelo dianggap porno oleh sebagian pihak. http://id.wikipedia.org/wiki/Pornografi


Berikut Gambar-Gambar telanjang ternikmat.


Kamis, 16 Februari 2012

Review Jurnal Voluntarism dan Pelayanan Sosial di Irlandia


Pada kemerdekaan politik (1922) Negara Irlandia yang baru mewarisi kemerdekaannya dari Negara kolonial (Breen et al, 1990), dan masyarakat sipil relatif miskin karena sebagian besar terfokus pada perjuangan untuk identitas nasional dan kemerdekaan politik. Pada dekade setelah kemerdekaan, laju pembangunan ekonomi dan sosial lambat. Sampai tahun 1960-an jumlah penduduk terus menurun, daerah pedesaan secara sosial dan demografis habis dan daerah perkotaan tumbuh perlahan, hal ini mencerminkan lambatnya pembangunan ekonomi secara umum.

Tahap pertama dari industrialisasi dan pembangunan ekonomi pada 1960-an dan 70-an ditandai dua perkembangan yang mengubah wajah Negara-campuran masyarakat sipil. Pertama, peran negara baik dalam penyediaan dan keuangan kesejahteraan sangat berkembang, yang mengarah ke menyeimbangkan kembali Negara / pengaruh non-profit di bidang kesehatan dan pendidikan pada khususnya. Kedua, sekulerisasi bahwa pembangunan ekonomi untuk membantu dan mempertahankan pertumbuhan generasi baru dari asosiasi sukarela, memberikan ekspresi dengan masalah-masalah yang muncul dalam hak-hak sipil, hak-hak perempuan, cacat, tunawisma, dan seterusnya. Ukuran keseluruhan sektor jasa sukarela sosial tumbuh selama periode ini dan komposisi menjadi lebih diverse. Meskipun tidak mungkin dengan data yang tersedia untuk mendokumentasikan pertumbuhan asosiasi sukarela secara rinci, jelas dari data agregat yang menggabungkan pelayanan sosial sukarela bahwa kehadiran sektor nonprofit telah memberikan perkembangan yang signifikan.

Irlandia, dengan perekonomianya yang maju mulai mengalami krisis fiskal pada akhir tahun 1970. Setelah dilakukan restrukturisasi kebijakan di akhir 1980-an dan awal 1990-an ekonomi tumbuh pada tingkat yang luar biasa meningkatan pesat dalam hal pendapatan pribadi dan akhirnya pencapaian full employment. Dalam restrukturisasi negara kesejahteraan di Britania, Eropa, Amerika Serikat dan Kanada. Sektor jasa sosial sukarela telah dipengaruhi dalam berbagai cara. Perhatian yang lebih besar untuk mengendalikan fiskal telah mengakibatkan pertumbuhan dalam berbagai bidang sosial, sehingga memperluas lingkup potensi usaha amal sukarela . Selain itu, dalam derajat yang bervariasi, Negara-negara beralih ke penyediaan non-negara meskipun sejumlah mekanisme termasuk privatisasi pelayanan kepada pasar, kontrak jasa ke sektor swasta, penyedia komersial, dan kontraktor jasa kepada asosiasi-asosiasi sukarela (Pierson, 1994; Ascoli dan Ranci, 1999). Dalam 'skenario masukan kesejahteraan negara' di sektor jasa sosial sukarela sekarang ditempatkan dalam hubungan kualitatif yang berbeda dengan Negara (dan dengan sektor-sektor kesejahteraan lainnya), dengan penekanan lebih besar pada akuntabilitas keuangan dan manajemen dalam budaya kontrak.

Pada tahun 1997 Departemen Studi Sosial didekati oleh Society of Saint Vincent de Paul (SVP) untuk membantu dalam proses yang bertujuan untuk merumuskan pandangan masyarakat pada berbagai masalah yang relevan dalam kebijakan sosial nasional.  Aspek yang paling penting dari proyek ini dari perspektif SVP Dewan Nasional adalah untuk mendapatkan mandat yang jelas dari keanggotaan akar rumput untuk mengejar peran lebih besar dalam perumusan kebijakan sosial nasional. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengembangkan peran kebijakan sosial nasional dengan dukungan dari anggotanya akan memerlukan tindakan penyeimbangan yang sulit. Ini berarti di satu pihak, terlibat dalam kerja kebijakan yang lebih, lobi, advokasi dan sebagainya, sementara di sisi lain tidak meninggalkan komitmennya untuk mengerjakan kasus rahasia dengan masing-masing klien.

Perumusan kebijakan dapat dipandang sebagai kegiatan yang dikemudian hari kelak akan menentukan masa depan suatu kehidupan publik tertentu, apakah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Sehingga formulasi merupakan turunan dari formula yang berarti untuk mengembangkan rencana, metoda resep, dalam hal ini untuk meringankan suatu kebutuhan untuk tindakan dalam suatu masalah. Berangkat dari apa yang telah didefinisikan oleh Jones maka sebagai metoda dan resep sebaiknya dalam proses formulasi kebijakan harus melibatkan pihak lain yang memiliki ketertarikan dan minat dalam proses formulasi tersebut, sehingga informasi yang didapatkan dalam perumusan kebijakan tersebut lebih banyak. Formulasi tidak perlu dibatasi oleh serangkaian pelaksana saja dan dapat saja dua atau lebih kelompok perumus yang menghasilkan usulan saingan atau penambahan-penambahan.

Keterlibatan interest group dalam perumusan kebijakan sosial di satu sisi memberikan manfaat yang lebih besar karena kemungkinan terakomodirnya kepentingan rakyat lebih besar. Karena interest group merupakan kelompok masyarakat akar rumput yang cukup paham dengan kondisi masyarakat sehingga dalam merumuskan kebijakan arahnya menjadi benar, tepat dan sesuai sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dunn bahwa perumusan masalah akan sangat membantu para analis kebijakan untuk menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosa pembagian-pembagian masalah publik, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan yang berseberangan/bertentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru. Namun disisi lain kemungkinan negative yang di timbulkan dengan keterlibatan dari interest group ini adalah adanya kemungkinan dalam pembuatan kebijakannya hanya mengarah kepada kepentingan pihak-pihak atau kelompok-kelompok tertentu, mengingat kebanyakan masyarakat acuh terhadap isu kebijakan, sebagaimana dalam teori elit yang menyodorkan sebuah argumen yang kuat tentang hal ini dengan menyatakan bahwa: sebagian besar rakyat merupakan pihak yang apatis dan buta informasi mengenai kebijakan publik. Hal ini bisa kita lihat dari adanya pertentangan setiap kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah. Ini merupakan bukti kuat bahwa kebijakan yang dirumuskan tidak berpihak pada rakyat.

Keterlibatan interest group di irlandia oleh sebagian masyarakat masih dianggap tidak kondusif karena adanya perilaku ketidak jujuran dalam anggotanya, dimana sebagian anggotanya hanya dijadikan sebagai pihak partisan saja. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari rumusan kebijakan sosialnnya, dimana seharusnya kebijakan tersebut dibuat untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat sebagaimana yang diungkapkan oleh Bessant, Watts, Dalton dan Smith, bahwa Kebijakan Sosial menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainnya.

Indonesia sebagai negara yang multi entis maka keterlibatan interest group secara sepihak akan sangat berpengaruh pada perumusan sebuah kebijakan. Kemungkinan terbesar yang akan terjadi adalah diuntungkannya pihak tertentu, karena ketika seseorang dari etnis tertentu terlibat maka kemungkinan besar dia hanya memahami persoalan yang terjadi didaerahnya atau komunitasnya saja dan komunitas lain tidak dipahami sama sekali. Hal ini akan menyebabkan terjadinya ketimpangan baik dalam perumusan kebijakan maupun dalam implementasi kebijakannya. Karena itu dalam perumusan kebijakan sosialnya membutuhkan pengetahuan yang kompleks sehingga kebijakan social yang dihasilkan menyentuh pada target yang di inginkan. Karenanya, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh perumus kebijakan yang terlibat, idealnya perlu mencakup pengetahuan tentang masyarakat, organisasi sosial, perkembangan dan perilaku manusia, dinamika kelompok, program sosial, dan pemasaran sosial (social marketing). Seperti diungkapkan oleh Mayo, bahwa para Pekerja Sosial yang terlibat dalam perumusan kebijakan perlu memiliki pengetahuan mengenai latar belakang sosial, ekonomi dan politik dimana mereka bekerja:

Di negara-negara Skandinavia seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia serta negara-negara Eropa Barat seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Prancis, pelayanan-pelayanan sosial menjadi bagian integral dari sistem ‘negara kesejahteraan’ (welfare state) yang berfungsi dalam memenuhi kebutuhan dasar di bidang sosial dan medis untuk segala kelompok usia (anak-anak, remaja, lanjut usia) dan status sosial ekonomi (orang kaya maupun miskin). Namun demikian, terjadinya pergeseran paradigma dalam ketatanegaraan dan kebijakan publik dari government (pemerintahan) ke governance (tata kepemerintahan), Kebijakan Sosial dipandang bukan lagi sebagai urusan yang didominasi pemerintah. Makna publik juga bergeser dari ‘penguasa orang banyak’ yang diidentikkan dengan pemerintah, ke ‘bagi kepentingan orang banyak’ yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku kepentingan. Para analis kebijakan dan kelompok pemikir yang independent kemudian muncul sebagai profesi baru dan aktor yang banyak berperan mengkritisi beroperasinya Kebijakan Sosial dan kemudian mengajukan saran-saran perbaikannnya demi terwujudnya good governance sejalan dengan menguatnya semangat demokratisasi, civil society dan transparansi. Sebagai kebijakan negara, perumusan kebijakan publik pada dasarnya diserahkan kepada para pejabat publik. Namun demikian, dalam beberapa aspek warga negara secara individu bisa berpartisipasi, terutama dalam memberikan masukan mengenai isu-isu publik yang perlu direspon oleh kebijakan.

Para pemain kebijakan yang terlibat dalam perumusan kebijakan berbeda antara negara maju dan berkembang. Struktur pembuatan kebijakan di negara-negara maju, seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat, relatif lebih kompleks dari pada di negara-negara berkembang. Proses perumusan kebijakan di negara-negara maju juga lebih responsif dalam merespon kebutuhan dan aspirasi warga negara. Selain karena prinsi-prinsip good governance telah berjalan efektif (KKN di kalangan pemerintah dan anggota dewan sangat rendah), setiap penduduk pada umumnya telah memiliki kesadaran tinggi terhadap hak-hak politik warga negara. Mereka mempunyai kepentingan terhadap kebijakan publik dan sedapat mungkin ambil bagian dalam proses perumusannya. Di Swiss dan negara bagian California, warga negara secara individu memiliki peran dalam pembuatan undang-undang dan suara mereka sangat menentukan dalam amandemen konstitusi. Di negara-negara berkembang, seperti Kuba, Korea Selatan dan Indonesia, perumusan kebijakan lebih dikendalikan oleh elit politik dengan pengaruh massa rakyat relatif kecil.

Dalam perumusan Kebijakan Sosial sangat perlu memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat. Dalam konteks ini, peranan perumus atau pembuat kebijakan seringkali diwujudkan bukan sebagai pendamping yang berfungsi sebagai penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung. Melainkan, sebagai aktor yang memungkinkan terciptanya lingkungan kondusif, sistem yang adil, dan program-program sosial yang holistik, termasuk memungkinkan terjadinya penguatan partisipasi rakyat dalam proses perencanaan, implementasi, maupun monitoring serta evaluasi program.

Para pembuat kebijakan biasanya terlibat dalam menciptakan situasi dan mekanisme yang memungkinkan warga masyarakat mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang ada pada diri mereka, maupun mengakses sumber-sumber kemasyarakatan yang berada di sekitarnya. Pembuat kebijakan juga berusaha untuk membangun dan memperkuat jaringan dan hubungan antara komunitas setempat dan kebijakan-kebijakan pembangunan yang lebih luas. Karenanya, mereka harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai bagaimana bekerja dengan individu-individu dalam konteks masyarakat lokal, maupun bagaimana Kompetensi.

Perumus kebijakan juga memerlukan pengetahuan mengenai model-model analisis Kebijakan Sosial, sistem negara kesejahteraan (welfare state), dan hak-hak sosial masyarakat, termasuk pengetahuan-pengetahuan khusus dalam bidang-bidang dimana praktik Pekerjaan Sosial beroperasi, seperti: kebijakan kesejahteraan sosial dan kesehatan, praktek perawatan masyarakat, peraturan dan perundang-undangan perlindungan anak, serta perencanaan sosial termasuk perencanaan wilayah (perkotaan dan pedesaan) dan perumahan. 



Malang, 16 Februari 2012.

Hubungan Analisis dan Evaluasi

Secara sepintas antara analisis dan evaluasi berbeda, namun kalau kita cermati lebih jauh antara analisis dan evaluasi memiliki kesamaan sifat diantara keduanya. Berangkat dari devinisi masing-masing maka akan mengantarkan pikiran kita pada tujuan yang sama, dimana dalam analisis kebijakan mencoba memahami segala sesuatunya sebelum sesuatu itu ada atau dalam artian sementara dalam proses formulasi sehingga analisis ini juga bisa dikatakan sebagai evaluasi awal sebuah kebijakan. Sehingga secara sederhana analisis bisa dikatakan sebagai evaluasi awal sebuah kebijakan. Namun pemahaman umum selama ini orang beranggapan bahwa evaluasi hanya bisa dilakukan ketika kegiatan itu sudah berakhir. Dalam analisis ini juga mencoba memahami sisi negatif maupun positif dari sebuah kebijakan.

Dalam hal ini evaluasi lebih menekankan pada penciptaan premis-premis nilai yang diperlukan untuk menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan (Dunn, 607). Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini sangat dibutuhkan oleh para analisis, karena informasi ini merupakan bahan baku bagi para analis untuk meramu kebijakan yang lebih baik lagi, baik dari segi kebijakannya maupun kinerja implementornya, dalam artian yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan (Dunn, 608). Woolfolk dan Nicolich mengemukakan bahwa penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses membandingkan informasi dengan kriteria, kemudian membuat pertimbangan; yakni membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai. Sejalan dengan pengertian tersebut, Raka Joni mengemukakan bahwa penilaian adalah “penetapan baik-buruk terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu”.

Gronlund dan Linn mengemukakan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan informasi, analisis dan interpretasi informasi yang sistematis untuk menentukan sejauhmana mencapai tujuan pembelajaran. Secara lebih rinci, Phi Delta Kappa National Study Committee of Evaluation menguraikan pengertian evaluasi sebagai proses pen-carian, perolehan dan penyediaan informasi yang berguna bagi pertimbangan alternatif-alternatif keputusan. Pengertian ini berkaitan dengan tiga hal mendasar, yaitu: 1) evaluasi merupakan suatu proses sistematis yang berkelanjutan; 2) proses tersebut meliputi tiga langkah, yakni: (1) menyusun pertanyaan yang memerlukan jawaban dan informasi spesifik yang ingin diperoleh, (2) mengumpulkan data yang relevan, (3) menyajikan informasi yang di-hasilkan kepada pengambil keputusan yang akan mempertimbangkan dan menginterpretasikannya berkaitan dengan alternatif keputusan yang akan diambil; 3) evaluasi mendukung proses pem-buatan keputusan dengan menyediakan alternatif-alternatif yang terseleksi serta menidaklanjuti konsekuensi-konsekuensinya. Kalau kita merujuk pada apa yang telah diuraikan diatas, jika evaluasi sebagai penyedia informasi, maka evaluasi itupun merupakan proses analisis.

Evaluasi sebagai Analisis Rasional

Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan tidak mendukung kesimpulan. Tujuan analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk keputusan. Kebanyakan analisis dilakukan bertahap, yaitu informasi diberi kode atau siatur sehingga mudah dimengerti (misalnya, ditulis berturut-turut menurut waktu, persentase, atau diattu nomor , dan lain-lain). Dengan melihat sekilas saja sudah dapat dimmengerti dan diketahui apakah diperlukan analisis-analisis yang lebih jauh, bila perlu, analisis yang bagaimana?. Gunakan analisis yang lebih rinci bila diperlukan(misalnya analisis nilai rata-rata, lembar jawaban, analisis konten, dan wawancara),.

Menafsirkan analisis data bukan hanya pekerjaan evaluator. Kebanyakan evaluator telah mengetahui bahwa menafsirkan dan meringkas hasil secara terpisah merupakan hal yang tidak praktis. Evaluator hanya memberikan pandangan saja dari sekian banyak pandangan, tetapi pada kenyataannya evaluator kurang siap untuk menerima pandangan lain dari orang yang masih mempunyai pandangan yang masih segar.

Kapan keputusan analisis dibuat? Dalam rencana suatu evaluasi beberapa masalah analisis ditentukan. Keputusan awal ini sehubungan dengan tujuan evaluasi. Misalnya, suatu evaluasi untuk menentukan apakah pendekatan latihan yang satu lebih baik daripada yang lain, dalam hal ini mungkin akan memakai semacam dampak strategi A dibandingkan dengan strategi B, selain dengan analisis komparatif juga dapat dipilih inovasi yang memakai analisis kualitatif. Kemudian dalam evaluasi, ketika memutuskan informasi yang akan dikumpulkan (tes, wawancara, observasi, dan sebagainya), juga diputuskan analisis yang akan dipakai.

Kemudian menentukan bagaimana mengatur dan menyimpan data apabila sudah terkumpul. Apabila informasi sudah terkumpul, wawancara dilengkapi, kuesioner dikembalikan, laporan observasi sudah siap, keputusan analisis dilihat kembali. Apakah informasi cukup bermutu untuk dianalisis? Dan apa artinya? Analisis berlanjut apabila data mulai masuk dari kumpulan informasi. Mula-mula data diatur dan diberi kode, kemudian diperiksa apakah sudah lengkap dan berguna untuk dianalisis atau tidak. Kemudian analisis yang telah ditentukan dimulai, dan sering berputar kembali untuk menambah pengumpulan informasi lagi.

Metode untuk menganalisis data dan menginterpretasi harus ditentukan pada saat membuat keputusan tentang bagaimana informasi akan dikumpulkan dan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan dijawab oleh evaluasi. Semua kegiatan evaluasi ini bekerja sama. Tak ada satu aspek pun yang dilakukan tanpa menimbang yang lain, semua bagian berhubungan dengan seluruh tujuan evaluasi. Apabila memikirkan alternatif metode untuk menganalisis dan menginterpretasi data, evaluator harus bertanya pada diri sendiri sebagai berikut:
1. Metode analisis data dan interprestasi apa yang sesuai dengan pertanyaan yang akan dijawab, informasi yang akan dikumpulkan, dan metode yang akan dipakai untuk mengumpulkan informasi?
2. Metode analisis data dan interprestasi yang bagaimana yang mudah dimengerti dan dipercaya?
3. Untuk data kuantitatif, skala pengukuran apa yang akan dipakai, da metode apa yang tepat untuk itu?
4. Untuk data kualitatif, bagaimana observasi akan direkam?
5. Siapa yang akan dilibatkan dalam menginterprestasi hasil analisis data?
(Worthen. R. Blaine & James R. Sandera, 1988): Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan membantu evaluator memilih analisis data yang tepat dan metode interprestasi yang tepat. Pada saat permulaan atau pada tahap perencanaan, evaluator harus melibatkan konsultan teknik, seperti ahli statistik, bila perlu.

Banyak pakar maupun para ahli yang mencoba mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan. Salah satu pakar yang mendevinisikan tentang evaluasi kebijakan ini adalah Thomas Dye. Ia menawarkan sebuah devinisi yang luas dan bagus saat dia mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah pembelajaran tentang konsekwensi dari kebijakan publik, Dye dalam (Wayne Parson, 547). Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuannya yang ingin dicapai.

Rabu, 15 Februari 2012

Teruslah Berkarya

Jangan berhenti. Bukan karena berhenti akan menghambat laju kemajuan anda. Namun sesungguhnya alam mengajarkan bahwa anda tak akan pernah bisa berhenti. Meski anda berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak anda mengelilingi matahari. Maka, bergeraklah, bekerjalah, berkaryalah. Bekerja bukan sekedar untuk meraih sesuatu. Bekerja memberi kebahagiaan diri. Itulah yang diharapkan oleh alam dari anda.

Air yang tak bergerak lebih cepat busuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih gampang berkarat. Hanya perkakas yang tak digunakanlah yang disimpan dalam laci berdebu. Alam telah mengajarkan ini; Jangan berhenti berkarya, atau anda segera menjadi tua dan tak berguna.

Sumber: http://iphincow.wordpress.com/

Duka Itu Menyapa Dari Jauh

Saat lagi asik membaca buku, tiba-tiba sebuah panggilan terlihat pada layar HP Sejenak saya menghentikan kegiatan baca untuk mengangkat telpon, pada layar tertulis nama sosok yang saya kenal. Saat usai mengatakan halo, suara diseberang seperti tercekat dan ragu dia harus mengucapkan apa. Secara psikologis dari bahasa tubuh yang diperagakan saya sudah menduga bahwa ada sesuatu yang tidak mengenakan yang akan dia sampaikan namun dia bingung menentukan cara terbaik yang bagaimana yang dia harus tempuh untuk mengungkapkan apa yang akan dia sampaikan. Saya tidak mendesak dia untuk menyampaikan apa yang hendak dia sampaikan, saya memilih untuk menunggu berita yang akan disampaikan. Setelah menunggu beberapa saat, dia sudah bisa menguasai diri, perlahan dia mengatakan tiga kata dia sudah dipanggil. Bahasa seperti ini adalah bahasa yang sudah sering saya dengar, walaupun bahasa ini sedikit dimodifikasi agar yang mendengar tidak terlalu kaget namun bahasa ini telah menjadi bahasa umum yang memiliki makna lain. Makna yang sudah dipahami orang banyak dan tidak mengandung makna mendua karena bahasa seperti ini sudah memiliki arti khas yang dipahami khalayak banyak.

Saat mendengar kabar tersebut yang saya pikirkan adalah ucapan terakhir yang sempat dia ucapkan saat bertanya kepada saya, kenapa sekolah terus dan kapan berhenti sekolah serta kenapa sekolahnya harus jauh sekali. Mungkin kata itu menjadi sesuatu yang membekas buat saya karena ternyata pertanyaan itu adalah pertanyaan terakhir karena pertanyaan itu adalah pertanyaan perpisahan sebelum kemudian bibir itu menjadi tekatup untuk selamanya. Sebagai seorang yang dibesarkan dan merasakan kasih sayang masa kecil tentu berita itu cukup mengagetkan.  Sering kali rangkaian kisah silam dalam hidup menjadi sesuatu yang teramat pedih ketika kematian menjadi batasan bagi kita untuk menumbuhkan lembaran daun-daun kehidupan menjadi kisah yang indah. Kematian, mesti kita memahaminya sebagai sebuah kepastian, tetapi ditinggalkan orang-orang yang kita cintai tetap saja meninggalkan duka yang teramat dalam. Bagi orang beriman yang menjadikan cinta dan ridha Rabbnya sebagai tujuan, tiada lagi pilihan kecuali ikhlas, sabar, ridha dan selalu mensyukuri setiap takdir kehidupan. Semoga Dia Yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu mencintai kita.

Berbeda dengan kelahiran yang selalu mendapatkan ucapan selamat, kematian selalu meninggalkan rasa duka yang mendalam bagi siapapun yang ditinggalkan. Berita kematian biasanya mampu mengubah air muka seseorang dengan cepat, tadinya ceria untuk kemudian secara mendadak berubah menjadi sedih. Rasa duka dari mereka akan sangat terasa ketika jalinan rasa antara mereka sangat yang berinteraksi dalam romantisme keserasian dan kebersamaan dalam perjalanan hidup yang pada akhirnya akan menjadi patahan-patahan kisah yang menumpahakan air bening kesedihan dan keharuan pada telaga bening mata yang sembab. Setiap tumpahan air kesedihan ini membawa gambaran yang bening untuk kemudian mengurai kisah-kisah silam yang telah terlewati dengan sistematis. Pedih, perih, dan pilu adalah hal yang memenuhi ruang hati saat orang-orang yang kita cintai pergi meninggalkan alam fana ini. Duka yang kita rasakan amat dalam. Rasa kehilangan pun tak henti-henti menghinggapi. Mata pun sembab karena tangisan yang terus mengalir. Semua perasaan yang wajar terjadi.

Sebagai penawar maka kita harus mengembalikan segala sesuatu kepada-Nya. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Sesungguhnya kita milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Kalimat singkat ini bukanlah kalimat biasa buat saya, kalimat ini mengandung makna yang begitu dalam. Kalimat ini layaknya suar yang menerangi kita saat hati larut dalam duka. Kalimat ini adalah kalimat yang memunculkan kembali kesadaran kita akan hakikat kehidupan ini dan apa-apa yang kita miliki. Kalimat yang akan mampu menguatkan jiwa kita. Seduka apapun yang dialami tentu itu bukan sesuatu yang kemudian menjadikan segalanya terasa suram untuk terus mengahyutkan hidup pada lautan duka. Karena kematian adalah hal yang tidak pernah bisa dihindari.

Semoga amal ibadahmu diterima disisi-Nya


Malang, 15 Februari 2012.

Selasa, 14 Februari 2012

Adakah Tempat Buat Kaum Miskin

Seandainya semua orang diberikan pilihan tentang hidup yang diinginkan tentu mereka akan memilih hidup yang berkecukupan. Dan mungkin tidak ada orang yang mau memilih hidup dalam kemiskinan. Keinginan untuk hidup senang sudah menjadi kodrat manusia dan ini merupakan bakat bawaan setiap manusia sejak lahir. Tanpa belajarpun kesenangan ini semua orang mampu menjalani sesuai dengan senang menurut mereka sendiri-sendiri. Siapapun dia baik, bayi, sampai orang tua sekalipun tau menentukan pilihan apa yang tepat dan nyaman bagi dirinya. Keinginan untuk senang, bahagia dan nyaman inilah kemudian yang menuntun setiap orang untuk memperjuangkan dan merebut kesempatan dan peluang yang bisa mengantarkan pada rasa nyaman yang mereka inginkan. Namun seringkali dalam upayanya merebut rasa nyamannya sendiri, mereka cenderung egois, rakus dan tidak peduli dengan orang lain.

Kerakusan dalam merebut untuk mendapatkan keinginan mereka inilah kemudian yang menjatuhkan kehidupan orang lain kedalam jurang kemiskinan dan kemelaratan. Proses pengejaran nilai materi yang berlebihan telah menciptakan kesenjangan yang mempolarisasi kehidupan yang merisaukan antara yang kaya dengan mereka yang miskin. Mereka yang telah meraup nilai materi terbanyak semakin rakus dalam merebut materi-materi yang lain tanpa peduli dengan orang lain yang hidup dalam kemelaratan. Kenikmatan yang telah dirasakan oleh mereka yang hidup bergelimang kemewahan bukannya membuat mereka sadar tapi kenikmatan yang mereka rasakan telah menjerumuskan mereka untuk terus mempertahankan citarasa nikmat yang telah mereka reguk, bahkan berbagi dengan orang lainpun enggan. Kerakusan dan ketidak pedulian atas hidup orang lain seolah sebuah linsensi yang menyebabkan lahirnya pemukiman kumuh maupun maraknya gelandangan dan pengemis.

Kehidupan modern bukanlah sebuah harapan yang mampu menjembatani kesenjangan kehidupan antara kaum kaya dengan mereka yang miskin. Kehidupan modern yang dijalani hari ini tidak lebih dari hasil rekayasa sosial yang semakin memperlebar jurang pemisah status sosial masyarakat. Kemajuan peradaban yang dicapai mengantarkan kehidupan pada penemuan berbagai jenis mesin yang mempermudah dan sangat membantu. Kehadiran mesin-mesin ini kemudian menggeser peran manusia. Contoh sederhana adalah banyaknya pekerjaan yang dulu menjadi mata pencaharian namun saat itu peran tersebut sudah tergantikan oleh mesin. Maraknya penemuan dalam bidang teknologi membuat peran pemijat telah diperankan oleh mesin. Banyaknya mesin pijat yang dijual bebas telah menggantikan peran pemijat tradisional, tentu ini tidak berlaku bagi pijat plus-plus karna sampai kapanpun peran ini tidak akan tergantikan oleh mesin. Penyerahan sebagian wewenang kepada mesin akan mematikan sumber pendapatan sebagian orang.

Merajalelanya kehidupan kaum miskin dan pengemis ini diperparah oleh tidak adanya niat baik dari pemerintah. Kemiskinan seolah tidak mendapat tempat yang layak bagi pemerintah, komunitas kaum miskin dan kehidupan pengemis seolah sampah yang mengotori keindahan kota. Sehingga kerap kali pemerintah melakukan penggusuran rumah yang ditempati oleh kaum miskin. Dengan dalih menjaga keindahan kota pemerintah membatasi dan menentukan kendaraan yang lewat pada kawasan tertentu. Masyarakat miskin yang hidup dengan mengandalkan pencaharian yang bersumber dari pendapatan menarik becak dirugikan dengan pembatasan seperti ini. Jalanan seolah milik mereka yang memiliki kendaraan mewah bermerek. Sebagi upaya membuat kotanya dipuji sebagai kota yang maju, pemerintah memberlakukan kawasan tertib berlalulintas. Kawasan ini adalah zona merah bagi Pengemis dan pengamen, mereka disapu bersih dari kawasan ini. Bagi mereka yang berani masuk pada zona merah ini, sanksinya sangat tegas, hukuman kurungan dan denda berat. Pemerintah dengan beringas mengobrak abrik sampai tidak berdaya dan bangkit lagi usaha dan pemukiman orang miskin. Untuk menakut-nakuti kaum miskin, pemerintah merekrut polisi pamong praja dimana kebanyakan polisi pamong praja ini dulunya adalah penghuni gang yang berpengalaman dengan dunia kekerasan. Polisi pamong praja ini kemudian dipercanggih dan dipersenjatai, mereka disiapkan sebagai pasukan khusus membantai kaum miskin.

Dimanapun kehidupan kaum miskin selalu menjadi sorotan, komunitas hunian mereka semakin terpinggirkan dalam kehidupan modern. Perencanaan perkotaan dibuat hanya untuk kenyamanan bagi mereka yang memiliki taraf hidup menengah keatas, sementara kaum miskin tidak pernah diberi ruang untuk menempati dan mengambil bagian sebagai penghuni kota. Lantas siapakah yang harus disalahkan dengan kesenjangan sosial yang terjadi saat ini. Apakah konsep negara yang kehadirannya untuk memberikan rasa aman, nyaman dan menyejahterakan masyarakat tidak cukup ampuh lagi. Ataukah kita harus menyalahkan pemerintah yang  diberi kewenangan untuk mengelola negara dan menjalankan konsep negara telah salah dalam mengelola negara. Ataukah negara sebagai leviathan sebagaimana yang dimaksud oleh Hobbes yang kehadirannya untuk menjamin manusia agar menaati aturan main dalam masyarakat hanya barlaku bagi orang miskin.



Malang, 14 Februari 2012

Kaya Vs Miskin

Suatu ketika
Seorang ayah dari keluarga kaya raya,
bermaksud memberi pelajaran,
bagaimana kehidupan orang miskin pada anaknya
Mereka menginap beberapa hari di rumah
keluarga petani yang miskin,
di sebuah dusun di tepi hutan

Dalam perjalanan pulang sang ayah bertanya pada anaknya
Bagaimana perjalanan kita?
Oh sangat menarik ayah
Kamu melihat bagaimana orang miskin hidup?
Sang ayah bertanya.
Ya ayah, sahut sang anak.
Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan kita ini?
Tanya sang ayah.

Sang anak menjawab:
Yang saya pelajari kita memiliki satu anjing untuk menjaga rumah kita, 
mereka punya empat anjing untuk berburu.
Kita punya kolam renang kecil di taman, 
mereka punya sungai yang tiada batas…
kita punya lampu untuk menerangi taman kita,
mereka punya bintang yang bersinar di malam hari.
Kita memiliki lahan yang kecil untuk hidup
mereka hidup bersama alam

Kita punya pembantu untuk melayani kita,
tapi mereka hidup untuk melayani oran lain.
Kita punya pagar yang tinggi untuk melindungi kita,
mereka punya banyak teman yang saling melindungi

Sang ayah tercengang diam mendengar jawaban anaknya
Lalu sang anak melanjutkan, Terima kasih ayah,
karena ayah telah menunjukkan betapa miskinnya kita
Bukankah ini suatu sudut pandang yang menakjubkan?
Bersyukurlah dengan apa yang telah kita miliki, 
dan jangan pernah risau dengan apa yang tidak kita miliki.

Bersyukurlah walau
sekecil apapun rezeki yang kita peroleh!

Sumber: http://13106801.blog.unikom.ac.id/kaya-vs-miskin.121

Sabtu, 11 Februari 2012

Evita Peron, Dewi Penolong Rakyat Argentina

Saat mendengar lagu yang diputar pemilik kafe resto Bukit Tidar yang memutar lagu Don’t Cry For Me Argentina, tanpa sengaja pikiran saya mengembara mencoba merangkai kisah Evita Peron, seorang wanita yang merangkak dari kemiskinan dan menaiki tangga kehidupan setapak demi setapak hingga kemudian menduduki posisi bergengsi sebagai ibunegara Argentina. Lagu don’t cry for me Argentina memang menggambarkan dan menceritakan tentang kisah Evita Peron. Kisah sosok perempuan yang mencoba membuat sejarahnya sendiri sebagai warisan yang akan dikenang oleh rakyat Argentina. Mungkin bagi sebagian orang, kisah hidup Evita Peron adalah kisah panjang yang tidak akan pernah membosankan siapapun dan sampai kapanpun. Kisah tentang Evita Peron bukan hanya kisah yang dikenal dikalangan warga Argentina, tapi kisah ini dikenal hingga seluruh dunia.

Kisah seorang anak haram yang tidak mengenal ayahnya sejak ia lahir dan dia mengetahui ayahnya ketika ayahnya sudah meninggal. Kisah Evita benar-benar mampu mengubah arah pandangan sebagian manusia. Kehidupan kemiskinan tentu selalu menempatkan manusia pada kehidupan yang tidak memberi tempat terhormat pada posisi puncak kehidupan sosial. Namun konsep seperti itu tidak berlaku bagi Evita. Evita mengubah peruntungannya sendiri dengan berhasil meraih posisi terhormat negara Argentina dengan menjadi seorang ibu negara yang dicintai masyarakatnya. Posisinya meraih ibu negara Argentina menjadikan evita layaknya seorang dewi. Ia di elu-elukan oleh rakyat Argentina.

Tentu tidak ada yang mampu meramalkan saat itu bahwa sosok Evita bakal menjadi sosok yang dihormati dan disegani di Argentina. Tentu sebelumnya tidak ada yang menduga bahwa seorang wanita haram yang hidup dalam kemelaratan dan kesengsaraan sejak masa kecilnya kemudian menjadi sosok yang bergelimang harta. Tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa seorang wanita yang pernah berada dalam dekapan lelaki yang satu kedekapan lelaki yang lain kemudian menjadi perempuan yang paling disegani dan dipuja oleh rakyat Argentina. Seandainya kita melihat masa silam sosok Evita yang kelam dari kacamata hitam putih maka tentu kita akan melihat dia sebagai sosok yang memudarkan rasa simpati kita. Tapi buat saya apapun itu, itu hanyalah proses perjalan hidup dia sendiri dan tentu dia punya alasan sendiri atas apa yang dia lakukan. Setiap orang tentu memiliki alasan sendiri-sendiri dan dia tentu mempertanggungjawabkan secara sosial atas apa yang dia lakukan. Persetujuan ini bukan sebuah legalitas untuk orang lain melakukan hal yang sama karena tentu kisah setiap orang berbeda-beda.
 
Kemampuan Evita merebut posisi terhormat sebagai ibu negara Argentina seolah menghipnotis rakyat Argentina. Masa silamnya yang kelam yang hidup dan besar dalam dunia pelukan lelaki satu ke dalam pelukan lelaki yang lain dilupakan oleh rakyat argentina. Bagi rakyat argentina masa lalu evita adalah sesuatu yang tidak penting sebab yang terpenting bagi rakyat argentina adalah evita berjuang untuk rakyat argentina. Bagi rakyat argentina evita adalah sosok penolong, sosok penolongnya ini mampu mempengaruhi masyarakat argentina dari kelas bawah hingga kepelosok-pelosok dan gang-gang sempit yang kumuh, kawasan kaum miskin dan buruh kecil. Bagi mereka evita adalah perempuan kharismatik yang penuh daya pesona dan mencintai rakyat Argentina. Evita bagi rakyat Argentina adalah hidup dan semangat mereka. Ditangan Evita Peronlah kehidupan rakyat Argentina tidak ada perbedaan antara yang kaya dan yang miskin atas pelayanan yang diberikan oleh negara. Evita Peron adalah sosok yang merobohkan dinding pemisah antara kelas borjuis dan kelas proletar.

Sebagai seorang yang berangkat dari keluarga miskin tanpa latar belakang pendidikan formal, adalah sesuatu yang sulit bagi wanita seusia Evita yang diusia remaja berangkat menuju Buenos aires untuk mengubah peruntungannya. Tanpa modal apa-apa tentu adalah hal yang sulit untuk menjalani hidup sehari-hari di kota besar seperti Buenos Aires. Sehingga untuk mempertahankan kehidupan dan tetap eksis maka dia harus merelakan dirinya untuk jatuh kedalam pelukan lelaki yang satu kedalam pelukan lelaki yang lain. Kegigihannya dalam menjalani memperjuangkan hidup pada akhirnya evita kemudian mendapatkan pekerjaan dalam sebuah stasiun radio. Diradio tersebut dia mendapat peran-peran kecil yang secara perlahan mulai mengubah hidupnya.

Hidup Evita benar-benar berubah ketika dia bertemu dengan Juan peron dalam sebuah acara amal. Pertemuan itu bukan sekedar pertemuan biasa bagi evita tapi pertemuan itu membuatnya sadar bahwa Juan Peron adalah sosok yang ia cari selama ini, selain ganteng peron adalah seorang pejabat dengan posisi penting dalam panggung politik Argentina. Dalam masa pencalonan Juan Peron sebagai presiden Argentina, Evita berkampanye habis-habisan mendukung suaminya dalam merebut posisi penting dalam panggung politik argentina. Evita menyampaikan setiap pidato-pidatonya yang hebat dengan retorika yang menyentuh perasaan kaum miskin. Untuk merekatkan dan membuat rakyat argentina menjatuhkan pilihan mereka pada suaminya Evita dalam setiap retorika politiknya selalu menampilkan perjuangan dan kisah masa kecilnya yang memilukan dan penuh penderitaan. Kisah pilu yang ia bahasakan dalam pidatonya benar-benar memeras dan menyayat hati rakyat Argentina. 


Sebuah kalimat dalam pidato kampanyenya yang terkenal dan legendaris dalam memuji suaminya ia sempat ucapkan rangkain kata yang memukau khalayak Argentina, ungkapan tersebut sebagai berikut, “Peron adalah hati, jiwa, darah dan realitas rakyat argentina. Kita semua tahu bahwa hanya ada satu orang dalam pergerakan kita yang memiliki sumber terangnya sendiri. Kita semua tergantung pada terang itu dan orang itu adalah Peron”. Saya kira retorika ini adalah retorika yang luar biasa mengingat ungkapan ini lahir dari seorang miskin yang tidak pernah menjalani pendidikan formal tapi mampu menghasilkan untaian kalimat yang begitu indah. Adalah hal yang luar biasa bagi saya ketika sosok Evita mampu bermain pada pentas politik yang kemampuannya mempengaruhi masa mampu mendudukan suaminya pada kursi presiden pada hal dia adalah sosok yang tidak pernah mendapat pengakuan sebagai seorang tokoh politik bangsa Argentina.

Begitu kharismatiknya sosok wanita cantik ini hingga ketika kangker cerviks merenggut nyawanya pada usia yang sangat muda 33 tahun, Juan Peron sang suami memerintahkan dokter kepresidenan Argentina untuk mengawetkan tubuh Evita Peron. Kharismatik yang dimiliki oleh Evita membuat Juan Peron sang suami berniat membuat sebuah monumet yang lebih besar dan lebih hebat dari patung liberty. Namun sebelum niat ini tercapai Juan Peron berhasil di gulingkan dari kursi nomor satu Argentina. Ketika Juan Peron menikah yang ketiga kalinya, Evita Peron yang diawetkan dan ditempatkan dalam lemari kaca, setiap kali istri ketiga Juan Peron membersihan jasad Evita ia disuruh oleh Juan Peron untuk berbaring disamping mayat Evita Peron dengan harapan kharismatik dari Evita akan mengalir pada isteri ketiga Juan Peron. Para sejarawan sepakat bahwa evita adalah wanita yang punya pengaruh besar dalam sejarah bangsanya dan diseluruh amerika selatan. Dan pada saat kematiannya ia adalah sosok perempuan yang paling populer diseluruh dunia


Bukit Tidar, 11 Februari 2012

Kamis, 09 Februari 2012

Kuasa Kapitalisme Global Dan Matinya Demokrasi

Masihkah pantaskah saat ini kita meneriakkan demokrasi, masih pantaskah demokrasi yang dianut saat ini dianggap sebagai sebuah kunci yang bisa digunakan untuk mengurai kekusutan sistem bernegara kita hari ini.  Noreena Herzt membatah semua konsep yang dianut oleh masyarakat dunia yang menganggap bahwa kehidupan bernegara sangat ditentukan oleh sistem demokrasi kita. Dengan lugas Herzt mengungkapkan bahwa demokrasi telah mati. Kematian demokrasi ini seiring dengan kuasa dan mengguritanya korporasi-korporasi besar penganut  kapitalisme global. Semua sektor diselingkuhi oleh para kapitalis ini dengan romantis tanpa peduli dengan kehidupan masyarakat lain.  Kuasa bisnis merampas paksa kuasa negara dan menempatkannya sebagai predator yang memangsa rakyat demi kepentingan bisnis. Perampasan kuasa negara oleh korporasi membunuh hak dan wewenang para politisi, kuasa pengusaha lebih tinggi dibanding kuasa para politisi.

Matinya demokrasi ini semakin mengokohkan kuasa para korporat besar dalam menggeruk keuntungan dalam dunia bisnis. Kuatnya pengaruh dunia korporasi dalam mencampuri persoalan pemerintahan menyebabkan tumpulnya pembelaan negara atas masyarakat. Negara tidak lagi memiliki kewenangan yang kuat untuk mengeksekusi setiap kebijakan publik, kewenangan eksekusi ini sudah ditentukan oleh kekuatan korporasi. Intervensi korporasi dalam bidang kebijakan publik dengan pasti telah menempatkan posisi negara pada sisi lunglai. Kuasa korporatis dalam menjajah kewenangan negara telah jauh mengantarkan kehidupan masyarakat dunia pada kehidupan materialisme. Perilaku ini sengaja diciptakan untuk mempertahankan hegemoni dan dominasi korporasi untuk tetap berdiri dengan gagah dalam penguasaan ekomomi.

Sesuatu yang sulit diabad ini menemukan sektor yang tidak diselingkuhi oleh korporasi, politik dan bisnis telah melakukan perselingkuhan dengan bebas. Perselingkuhan ini terjadi pada level tingkat tinggi yang menghasilkan konspirasi bisnis-politik. Semua sektor telah disetubuhi dengan romantis dan koersif oleh korporasi. Untuk menyamarkan perselingkuhan ini, korporasi berusaha menampilkan politik wajah kembar dimana pada satu sisi memperlihatkan kerakusan sementara pada sisi lain memperlihatkan jiwa kedermawanan yang dengan kekuatan bisnisnya mensponsori segala kegiatan amal seolah mereka adalah sosok evangelis pembela kepentingan orang banyak.

Slogan Laissez faire hanyalah sebuah argumen yang membuat cengkeraman korporasi menguasai negara semakin erat. Mengguritanya kuasa korporasi ini secara perlahan akan membawa demokrasi pada kematian. Pada hal dalam filsafat demokrasi, kebijakan publik dibuat sebagai kristalisasi aspirasi rakyat. Melalui perwakilan mereka yang dipilih via mekanisme pemilihan umum yang demokratis dengan harapan para wakil rakyat yang terpilih akan melakukan eksekusi kebijakan yang berpihak kepada masyarakat. Harapan masyarakat ini kemudian ditumpulkan oleh kuasa korporasi begitu kuat dan menciptakan dunia baru yang dioperasikan lewat kekuasaan lembaga-lembaga dunia, perusahaan transnasional, bahkan melibatkan lembaga-lembaga keuangan sebagai aktor akumulasi modal. Peran negara mulai dipinggirkan oleh kuasa korporasi, bahkan sampai peran dan tanggung jawab sosialnyapun dilumpuhkan. Dan hasil dari pelumpuhan ini adalah negara lunglai yang tunduk dan patuh pada kendali korporasi. Negara tidak sanggup lagi memenuhi basis filsafat keberadaannya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat.  Pada saat yang sama negara begitu perkasa ketika melakukan dua hal, membangun basis legal material operasi kapitalisme dan sebagai anjing penjaga kepentingan korporasi jika ada pengganggu dari masyarakat dan mahasiswa. Pada titik inilah terjadi kematian demokrasi, dimana negara tidak lagi berperan sebagai eksekutor kebijakan publik tapi peran negara hanya sebagai aktor yang menjalankan kebijakan publik yang telah dirancang oleh kekuatan korporasi.



Malang, 09 Februari 2012

Senin, 06 Februari 2012

Ritual Seks Malam Valentine

Seorang pemuda rela membangkan dari perintah yang mewajibkan semua pria dinegaranya untuk ikut berperang demi cintanya kepada wanita pujaan. Hingga kemudian secara diam-diam sepasang kekasih yang telah dimabukan oleh anggur cinta sebagaimana yang dibahasakan oleh Gibran menghubungi seorang pendeta agar dinikahkan. Namun sang pendeta sedikit keberatan atas permintaan sepasang kekasih tadi mengingat negara memberi kewajiban kepada semua pria untuk ikut berperang membela negara. Tapi melihat cinta dari sepasang kekasih ini yang telah mengakar dan mencengkeram kuat dalam cadas cinta keduanya, bagi Valentine maka tidak ada pilihan selain mengamini keinginan kuat dari sepasang kekasih yang meminta bantuan kepadanya untuk menikahkan mereka.

Kemudian secara diam-diam pendeta Valentine menikahkan mereka dalam sebuah gereja. Valentine tahu bahwa resiko yang akan dia terima adalah sebuah resiko yang tidak kecil bahkan resiko tersebut bisa menyebabkan ia sendiri kehilangan nyawa. Karena keputusan yang dia ambil bertentangan dengan keputusan negara dimana saat itu mengharuskan semua pemuda untuk ikut berperang. Raja yang kemudian mengetahui apa yang dilakukan oleh valentine, kemudian memerintahkan kepada algojonya untuk menghukum mati pendeta valentine yang telah berani melawan keputusan seorang raja. Sebagai masyarakat biasa tentu valentine tidak memiliki kekuatan untuk menolak wewenang seorang raja sebagai penguasa tunggal. 

Berangkat dari kisah tragis ini, beberapa puluh tahun kemudian masyarakat seolah menjadikan kisah tragis ini secara spontan kemudian menjadi tindakan kolektif bagi warga dunia untuk dirayakan sebagai simbol kasih sayang bertepatan dengan tanggal ketika ia mengerang dalam tebasan algojo dalam ritual eksekusi sebagai bentuk pembangkangan terhadap kuasa seorang raja. Mungkin Valentine tidak pernah tahu bahwa kematiannya membawa simbol yang memiliki kekuatan pengaruh yang mendunia. Mungkin dia juga tidak pernah bermimpi bahwa kematiannya adalah sebuah inspirasi yang memberikan kesadaran bagi kita untuk menelisik kedalam jiwa kita dan mencoba menumbuhkan kasih sayang yang terkadang tidak pernah kita sadari. Entah valentine sadar atau tidak yang jelas warga dunia hari ini telah mengabadikan kisah tragis ini sebagai realitas yang tidak akan punah.

Begitu mengakarnya kisah tragis ini hingga kemudian setelah melampaui beberapa waktu tidak membuat kisah ini memudar. Justeru lamanya waktu yang dilewati membuat kisah tragis ini semakin mengakar. Dikalangan anak muda kisah ini seolah sebuah kehidupan yang tidak bisa dilepaskan dengan begitu mudah. Dunia anak muda justeru menjadikan kisah tragis ini tetap terpelihara dan benar-benar seolah hidup. Kisah tragis masa silam ini benar-benar merasuki jauh lebih dalam hingga seolah tidak ada ruang bagi kisah lain dalam diri mereka. Fanatisme anak muda akan kisah ini kemudian memperpanjang usia kisah masa silam ini untuk tidak dicampakan kedalam keranjang berlabel legenda kuno.

Dalam perkembangan kehidupan sosial yang hingga hari, dunia telah mengalami percepatan perubahan yang tidak disertai dengan keseimbangan laju etika kehidupan sosial. Perkembangan yang cepat ini tidak hanya terjadi pada satu sektor saja tapi mempengaruhi semua lini kehidupan. Perkembangan yang tidak seimbang ini kemudian mengacaukan kehidupan sosial yang selama berjalan dengan sangat harmonis. Kekacauan ini kemudian mengubah pola pandangan masyarakat dalam melihat kehidupan. Dunia perayaan valentine yang selama ini disimbolkan untuk merayakan kasih sayang kemudian terpeleset menjadi pesta seks. Dimana nilai sakral dari valentine ini bukan lagi terletak pada kisah asal mula lahirnya hari valentine. Kasih sayang yang semula masih dalam batas wajar yang diwujudkan lewat hadiah dan ungkapan tulus kejujuran ini kemudian dikacaukan oleh pemahaman lain. Dimana dalam perayaan ini seolah tidak sakral tanpa disertai dengan ritual seks. Penyerahan diri secara total pada ritual seks seolah kado terindah dihari kasih sayang sehingga tidak sedikit yang menanti moment ini untuk saling memasrahkan diri untuk merenggut kenikmatan diatas kisah tragis valentine yang memilukan.

Sebuah pengakuan jujur akan ritual seks ini dimuat dalam salah satu koran lokal jawa timur medio februari 2011 yang lalu, seorang pemilik tokoh bernama Umar yang menjual jaket kulit tipis (kondom) mengemukakan bahwa pada hari-hari biasa hingga tengah malam jaket kulit tipis yang dia jual hanya laku sebanyak sembilan buah tapi menjelang valentine hingga sehari setelah valentine dari jam tujuh malam hingga jam sembilan malam jaket tipisnya sudah laku hingga empat puluh lima buah. Ini Cuma pengakuan satu penjual, bagaimana dengan penjual lainnya dan bagaimana pula dengan mereka yang merayakan ritual seks ini yang bukan tipe pengagum jaket tipis ini. Dari pengakuan Umar ini tentu kita berkesimpulan bahwa ada rutinitas seksual terselubung yang menjadi penunggang gelap dibalik perayaan kasih sayang yang mendunia.

Di Daerah Bima, dari 8 Apotik yang dikunjungi dan dimintai informasi oleh Komunitas BABUJU, Alat kontrasepsi (Kondom) cukup diminati. Menurut penuturan apoteker salah satu Apotik yang ada di Bima mengungkapkan bahwa, pada malam Valentine, Kondom paling banyak diminati. Lebih lanjut dia menuturkan kalau malam Valentine, 6 Kotak (isi 10) kondom ludes terjual, sedangkan yang isi 3 (Harga Rp 5.000) sekitar 30an bungkus terjual, hal ini meningkat sekitar 40 persen dari hari biasa. Dari investigasi yang dilakukan, permintaan alat kontrasepsi (Kondom) di sejumlah apotik kota Bima, naik sekitar 20 – 40 persen pada malam Valentine. Sedangkan hunian penginapan di kota Bima yang didatangi oleh salah satu Tim investigasi menyatakan yang chek in pada hari sabtu maupun malam minggu rata – rata mencapai setengah dari jumlah kamar. Dari catatan buku inap yang diperlihatkan memang menunjukan angka kenaikan mencapai 10 persen dari hari biasa. Sedangkan pantauan langsung pada malam minggu (13/2/2010) di empat hotel yang berbeda diwilayah kompleks Terminal Dara dan pertokoan Bima, terdapat aktifitas dalam bentuk inap short time atau sewa pake 2 – 3 jam saja. Meskipun geliat penginapan tidak terkait langsung dengan euphoria malam Valentine, namun indikasi-indikasi ritual seks tetap ada. Berbeda dengan jawa timur dan Bima, Makassar pada tahun tahun 2006 yang lalu, salah satu media cetak di Makassar (Tribun Timur, 15/02/06) memuat berita headline, “Malam Valentine, Stock Kondom Dikota Makassar Habis. Media cetak lain, -Berita Kota UP memuat berita “Dari kelas Melati sampai Hotel Bintang Lima di kota Makassar sudah dibocking untuk malam valentine” (BK-UP, 13/02/06).

Membaca pengakuan dan data penjual jaket tipis ini tentu akan mengantarkan pemiiran kita pada kalkulasi bisnis. Dimana dari kacamata pebisnis tentu penyimpangan dalam perayaan valentine yang berubah makna dari kasih sayang menjadi ritual seks adalah sebuah lahan bisnis yang menggiurkan mengingat ritual seksual ini adalah hasrat abadi yang bebas dari kepunahan. Penyimpangan ini adalah sebuah peluang bagi para pebisnis jaket tipis untuk meraup keuntungan. Sehingga yang menjadi pertanyaan kita adalah adakah kepentingan pebisnis kondom dibalik meriahnya ritual seks yang berkedok valentine ini.


Malang, 06 Februari 2012

Operator Telepon yang Suka Bercanda


Ni ada cerita Nyata waktu masih kuliah di jogja. Ada temen saya baru datang dari daerah XXX dia datang kejogja untuk kuliah. Kebetulan sekali orang nya ndeso banget.....

Pada suatu hari dia kehabisan uang jajan, trus dia mau minta dikirimin ma ortu nya dari kampung. Kemudian dia mengajak saya pergi ke WARTEL buat menelpon ortunya mau minta duit.

Sampai di wartel dia masuk keruang KBU bersama saya, dan dia langsung menekan No tujuan. no tujuan lagi sibuk, lalu operatornya berbicara seperti ini, "Telepon yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi"

Kemudian dijawab teman saya " Tolong lah mbak aku nggak punya uang lagi, panggilin ibu saya, tolooooooong lah mbak, jangan bercanda donk....."

Dengan wajah polos dia bilang kesaya : "Tuh orang suka bercanda, ngga tau kalo aku lagi benar-benar butuh uang..."


Sumber: http://ketawa.com/humor-lucu-det-5579-operator_telepon_yang_suka_bercanda.html

Minggu, 05 Februari 2012

Mewaspadai Ekonomi Politik Sumber Daya Alam Menjelang Pilgub Sultra 2012


Indonesia merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam sebagaimana yang dilaporkan oleh Bank Dunia pada tahun 2005 yang lalu. Bank Dunia mempublikasikan total kekayaan negara-negara di dunia berdasarkan tiga klasifikasi yaitu: modal alam, modal ciptaan, dan modal yang tidak tampak. Penjumlahan dari ketiga modal tersebut menghasilkan kekayaan total (apabila dibagi dengan jumlah penduduk), untuk negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ketiga dimana Indonesia hanya dikalahkan oleh Malaysia dan Thailan. Penilaian dari Bank Dunia tersebut Indonesia memiliki kekayaan senilai US$ 3.472. Angka ini tentu sebuah angka yang fantastis, angkah yang jauh jika dibandingkan nilai yang dimiliki oleh Negara Singapura dan Filipina.

Namun seringkali kekayaan alam yang dimiliki tidak terkelola dengan baik sehingga harapan kesejahteraan tidak tercapai. Sampai saat ini belum ada satu negarapun yang bisa dijadikan sebagai teladan dimana kekayaan alam yang dimiliki benar-benar bisa membawa kesejahteraan. Belanda merupakan salah satu contoh dimana kekayaan alam yang dimiliki bukannya menjadi berkah tapi justeru menjadi kutukan yang kemudian muncul sebuah istilah Dutch Disease (penyakit Belanda). Belanda sebagai daerah yang kaya akan sumber daya migas bukannya membawa Belanda menjadi Negara yang makmur, justeru sumber daya yang mereka miliki menjadikan negara Belanda semakin terpuruk. Banyak negara didunia dengan kekayaan alam yang sangat  luar biasa namun kekayaan alam tersebut malah menjerumuskan jauh lebih dalam negara tersebut kedalam jurang kemiskinan.

Gambar by Berita Kendari.com

Kekayaan alam Negara Indonesia tersebar diseluruh Nusantara, tidak terkecuali Propinsi Sulawesi Tenggara. Kekayaan alam strategis di bidang pertambangan, di Propinsi Sulawesi Tenggara antara lain nikel dengan deposit sekitar 97,4 miliar ton dengan nilai produksi sekitar Rp 23 ribu triliun. Selain itu, terdapat tambang aspal di Pulau Buton yang memiliki deposit sekitar 3,8 mliar ton dengan nilai produksi sekitar Rp 1,841 triliun. Provinsi Sultra,  juga memiliki kandungan emas yang diperkirakan depositnya sekitar 1,125 juta ton dengan nilai produksi Rp 277 ribu triliun (inilah.com, download 7 Desember 2011). Angka ini tentu merupakan angka yang membuat kita merasa kagum. Perut Sultra yang dibuntingi oleh Kekayaan sumber daya alam yang terkandung dalamnya, yang mencapai nilai sebanyak 303 ribu triliun ini tentu merupakan sebuah berkah, namun ini membutuhkan pengelolaan yang baik agar benar-benar bisa mendatangkan berkah bagi masyarakat Sultra.

Menjelang pemilihan Gubernur Sultra tentu kita harus mewaspadai kekayaan sumber daya alam yang ada, karena seringkali kekayaan alam yang ada digadaikan oleh calon tertentu kepada para pengusaha. Proses gadai menggadai ini bisa terwujud ketika calon tertentu yang ikut dalam proses pemilu kada hanya sekedar mengejar kekuasaan itu sendiri bukannya bagaimana mewujudkan kepentingan luhur yang kelak dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat sebagai dampak dari proses kekuasaan yang berpihak pada masyarakat. Aktor yang hanya sekedar mengejar kekuasaan tentu melihat kekuasaan itu sebagai otoritas untuk memaksakan ketundukan pihak lain, bukannya melihat otoritas kekuasaan itu sebagai sebuah tindakan untuk menentukan cara bertindak yang baik dan benar.

Dalam setiap pilkada keterlibatan pihak swasta sangat besar, dimana mereka selalu menjadi konslutan politik, yang mendanai calon-calon tertentu. Calon tertentu sebagai peserta dalam pemilihan kepala daerah tidak bisa menampikan kekuatan financial dalam proses pemenangan pertarungan kepala daerah. Dan pihak swasta sebagai pemilik modal sangat memahami situasi seperti ini. Tentu proses pendanaan ini tidak berlangsung sesederhana itu karena pihak swasta sebagai konsultan politik menginginkan sesuatu dibalik bantuan yang mereka berikan. Sebagai pelaku pasar yang berorientasi pada profit maka calon tertentu yang berhasil memenangkan pemilihan karena sokongan dana dari pihak swasta maka sebagai imbalan maka pemerintah sebagai perusahaan produksi regulasi harus membuat regulasi yang menguntungkan pihak swasta termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Jika proses gadai menggadai kekayaan alam dalam proses pemilihan kepala daerah benar terjadi maka sudah barang tentu adalah sesuatu hal yang tabuh bagi masyarakat untuk memimpikan kesejahteraan. Karena calon yang memenangkan pertarungan karena dukungan pihak swasta, yang ada dalam pikiran mereka adalah dengan cara bagaimana memberikan keuntungan kepada pihak swasta sebagai balas jasa atas perbuatan baik mereka dan masyarakat hanyalah menjadi masyarakat kelas dua dalam proses pelayanan.

Keberhasilan seseoranga menduduki jabatan kepala Daerah melalui mekanisme Pilkada tidak jarang mendorong seseorang untuk melakukan penetrasi dan eksploitasi pada sumber daya alam, dalam rangka mengembalikan beraneka biaya yang telah dikeluarkannya selama proses Pilkada. Usaha pengembalian aneka biaya ini kemudian mengarahkan kepala daerah terpilih untuk menggerus kekayaan alam secara serampangan. Untuk mempermudah cara penambangan biasanya dibangun aliansi yang korporatis untuk melipat gandakan pendapatan atas setiap aktifitas yang dilakukan, dimana birokrat menyediakan perijinan, plitisi memberikan legalitas selama penambangan. Untuk mendapatkan kekuatan masyarakat biasanya dibentuk LSM maupun menyewa LSM yang tunduk dalam kendali aliansi korporatis ini sehingga dalam mengaudit biasanya LSM ini melakukan secara serampangan atas kondisi alam yang sebenarnya. Aliansi korporatis ini dilakukan demi kebebasan swasta dalam menyetubuhi semua sektor yang memungkinkan mereka dalam upaya memaksimalisasi capital mereka.

Dalam hal penguasaan sumber daya alam ini, seringkali pihak swasta menggunakan tangan/kuasa negara/pemerintah maupun menempatkan negara sebagai predatornya dalam mewujudkan keinginan mereka. Penggunaan kekuasaan negara untuk memaksakan ketundukan pihak lain adalah suatu yang tidak dapat dielakan dalam kehidupan modern. Swasta sebagai pelaku ekonomi selalu memanfaatkan situasi dalam pertarungan memperebutkan posisi kepala daerah sebagai akses untuk memenuhi syahwat ekonomi mereka. Perebutan posisi kepala daerah adalah celah nikmat bagi pihak swasta untuk membentuk relasi kepentingan dengan calon tertentu dalam perebutan jubah ritual kekuasaan. Dimana kekuasaan ini kemudian menjadi alat yang paling ampuh bagi pihak swasta untuk menundukan pihak lain. Ketundukan pihak lain adalah kebebasan mereka untuk mengeruk keuntungan ekonomi dalam memperbesar modal financial mereka.

Dalam usahanya memperbesar modal financial ini pihak swasta menggerus sumber daya alam tanpa memperhitungkan kondisi lingkungan yang ada. Kerusakan lingkungan menjadi hal yang tidak terelakan dalam penjarahan sumber daya alam dan yang menanggung beban dalam pengerusan sumber daya alam tersebut sering kali ditanggung oleh masyarakat yang berada disekitar areal eksploitasi sumber daya alam, dimana mereka selalu dibiarkan hidup melarat, mereka dijajah dari balik lubang-lubang tambang. Negara tidak bisa berbuat apa-apa, negara malah dijadikan oleh pihak swasta sebagai predator yang memangsa rakyat sendiri demi membela investasi pihak swasta.

Yang menjadi tugas semua elemen masyarakat, NGO, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, politisi maupun pemerintah Sultra saat ini adalah menjaga bagaimana menghentikan dan menjaga perilaku buruk para pemburu rente ekonomi yang memanfaatkan momen pemilihan kepala daerah sebagai pentas untuk memaksimalisasi kepentingan finansial mereka. Karena wujud dari perilaku buruk para pemburu rente ekonomi ini adalah korupsi, kolusi, konflik politik dan ketimpangan, kelembagaan ekonomi yang rapuh, aktifitas inovasi dan kewirausahaan macet, serta pengambil kebijakan lebih memilih transfer sumber daya alam ketimbang memodernisasi ekonomi daerah.


Malang, 5 Februari 2012