Kurang lebih bebeberapa bulan lagi tepatnya 8 april 2010 buton utara akan melaksanakan pesta besar demokrasi untuk menentukan bakal nahkoda butur kedepan. Dengan teragendanya pilkada butur ini para kandidat bermunculan memainkan peran masing-masing dengan memperlihatkan liukan erotisme mereka untuk memancing simpati dari masyarakat pemilih sebagai penentu kemenangan pada pilkada nanti.
Sebuah manuver yang paling menarik untuk di cermati menjelang pilkada Butur saat ini adalah meluasnya wilayah garapan politik dengan memaksakan diri mengambil peran-peran diluar wilayah politik termasuk penerimaan CPNSD tidak lepas dari lirikan nafsu pihak tertentu demi mendapatkan dukungan dan raupan suara pada pilkada nanti.
Senada dengan hal itu ada sebuah ungkapan bahwa siapapun yang bertentangan dengan kami maka kami akan cut, ditempat yang berbeda seorang lagi mengatakan bahwa kalau mau lulus kita harus sejalan mendukung calon tertentu pada pilkada nanti, seharusnya kata-kata ini tidak pantas dikeluarkan apalagi sampai ucapan itu menjadi isu hangat yang menjadi topik menarik untuk diperbincangan di deker-deker maupun warung kopi karena hal ini akan berbias dan merugikan pihak tertentu, ataukah memang hal itu mendapatkan restu dari sang Komandan.
Sumber By Google
Ada yang mengatakan bahwa politik itu kejam, yang lain mengatakan politik itu indah ataukah hal itu menggambarkan sebuah ketakutan yang dalam versi Rahmad Sorau digambarkan sebagai bentuk rasa kurang percaya diri menghadapi sebuah pertarungan. Dalam hal ini saya sangat sepakat dengan Saudara Rahmad Sorau. Dalam metode kubik leadership kecemasan seperti yang diungkapkan oleh Rahmad sorau digambarkan sebagai orang yang minim akan nilai valensi yang dimilikinya sehingga menghalalkan segala cara demi sebuah kemenangan. Dengan sedikit canda Rahmad sorau mangatakan ”namanya juga usaha he he he”.
Malang, 27 maret 2010