Dua hari yang lalu saat berkunjung ke
jogja untuk mencari buku tentang perencanaan dan pengembangan wilayah, karena
capek akibat jalur solo jogja yang macet karena arus balik, saya singgah untuk
istrahat sejenak di candi prambanan sambil berkeliling di area prambanan
bersama pengunjung lain yang berwisata di Prambanan. Kali ini Prambanan
dipadati pengunjung, tidak seperti saat saya ke sana dua bulan yang lalu. Dua
bulan yang lalu pengunjung prambanan sedikit sepi, tapi pasca lebaran kemarin
benar-benar sesak pengunjung hingga buat parkir motor saja agak susah.
Beberapa saat sebelum pulang
dari prambanan untuk melajutkan perjalanan berikutnya mencari buku di jogja,
seorang satpam prambanan memberitahu saya kalau malamnya akan diadakan
pementasan sendratari ramayana pukul 19.30. Sendratari Ramayana Dipertunjukkan
malam hari (hanya setiap selasa, kamis, dan sabtu), menurut satpam tersebut
bahwa dalam acara sendratari tersebut didukung lebih dari 200 orang penari dan
musisi profesional. Dalam area prambanan disiapkan 2 panggung yang digunakan dalam
pementasan sendratari ramayana yaitu panggung outdoor dengan berlatar belakang
tampilan candi prambanan dan yang kedua adalah indoor Gedung Tri Murti dimana
pertunjukan indoor tersebut hanya dilaksanakan bila sedang musim hujan. Sendratari
Ramayana adalah sebuah seni pertunjukan yang memukau, mengagumkan dan sangat
mempesona. Pementasan sendratari ramayana ini adalah semacam penyatuan aneka
kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam sebuah acara pementasan yang
menghibur.
Dalam cerita sendratari
ramayana ini memiiki kemiripan dengan kisah pahatan ramayana yang terdapat pada
relief candi prambanan. Dimana pada dinding candi siwa, jika kita berjalan
secara pradaksina (searah jarum jam) kita akan menemukan penggalan kisah ramayana.
Dan selain itu kisah ini juga sama seperti dalam kisah yang menjadi tradisi di
India dimana dalam kisah tersebut seolah sebuah keterwakilan kehidupan. Dimana
dalam setiap adegan menggambarkan romantisme cinta, yang dibumbui dengan
ketegangan, kebangsaan, kesetiaan, keberanian, keserakahan, ketamakan, spritual
dan lain sebagainya semua terangkum dalam kisah ramayana ini.
Sendratari ramayana ini menyuguhkan
rangkaian cerita yang panjang namun waktu tidak terasa karena adegan-adegan
dalam lakon tersebut sungguh mempesona hingga cerita yang dibagi empat babak
yang diawali dengan penculikan Sinta
oleh rahwana, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, dan
diakhiri dengan pertemuan kembali Rama-Sinta tersebut membuat penonton tidak menyadari
kalau sudah berakhir saking sempurna dan
mempesonanya pementasan tersebut. Dalam pementasan sendratari Ramayana kita
disuguhkan gerak gemulai Shinta yang kemayu, gerak rahwana yang kasar dan
sedikit jenaka atau gerak Rama dan laksmana yang begitu tenang dan penuh
kharisma.
Seluruh cerita dalam
sendratari ramayana tidak terdapat satupun dialog, semua rangkaian cerita disuguhkan
dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan
diiringi musik gamelan. Penonton diajak untuk benar-benar larut dalam cerita
dan mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita karena
dalam setiap gerakan merupakan dialog yang meceritakan kisah dan kita akan
memahami cerita dari setiap gerakan yang dilakukan oleh penari walaupun sedikit
terkesan sebuah pentas bisu namun kita bisa memahami setiap alur kisahnya.
Sinopsis
Kisah ini diawali ketika
Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Dewi Shinta
(puterinya) yang akhirnya dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan
petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan
Dandaka. Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta
karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama
dicarinya. Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya
yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat
dan meminta Rama memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung
kembali sementara Shinta ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran
sakti agar Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta
berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok Durna.
Untuk merebut kembali Dewi
Sinta dari Tangan Rahwana, kemudian Prabu Rama yang dibantu oleh pasukan yang
di komandani Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa menyerbu Kerajaan
Alengka untuk merebut kembali dewi sinta. Setelah menjalani perang yang seru
dan menelan korban yang tidak sedikit termasuk gugurnya Kumbakarna dan Rahwana
akhirnya Prabu Rama berhasil memenangkan pertempuran dan membebaskan isterinya Dewi
Sinta dari tangan Rahwana yang kejam. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tidak
mempercayai dan meragukan kesucian Dewi Shinta, dan Prabu Rama menganggap kalau
Sinta telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian dirinya, Shinta diminta
membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak
terbakar tetapi justru bertambah cantik dan akhirnya Rama pun menerima kembali
Dewi Sinta sebagai istri.
Yang membuat saya terkesan
dalam kisah sendratari ramayana adalah sikap kebangsaan yang ditunjukan oleh kumbakarna
yang disuruh oleh kakanya untuk berperang melawan prajurit Prabu Rama dan
kumbakarna menolak berperang dengan alasan bahwa perang tersebut disebabkan
oleh Rahwana sendiri yang menculik dewi sinta, sehingga menurut kumbakarna
perang akan bisa dihindari dengan mengembalikan dewi sinta ke Prabu Rama.
Walaupun pada akhirnya kumbakarna ikut berperang tapi bagi kumbakarna dia ikut
bukan untuk mempertahankan dewi sinta atau membela kakaknya tapi dia ikut
perang karena demi kerajaan Alengka.
Prambanan, 02 September 2011