Sejak manusia diciptakan hingga
mencapai peradaban yang ada saat ini tentu bukanlah rentang waktu yang pendek. Bilangan
ribuan bahkan jutaan tentu bukanlah waktu yang pendek jika angka tersebut digunakan
untuk mengukur perjalan waktu umat manusia. Ada sesuatu yang tidak pernah memudar walaupun telah melintasi jarak,
waktu dan zaman entah itu seribu, sejuta atau entah kapanpun tidak akan pernah
memudar dan tidak akan punah tergilas zaman. Sesuatu yang kehadirannya begitu
memikat setiap manusia, mengubah kegersangan dan menumbuhkan bunga-bunga
keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk dan damai. Sesuatu
yang kehadirannya menebarkan aroma keindahan dan kesegaran. Sesuatu yang
kedatangannya meniupkan roh kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sesuatu itu
adalah cinta.
Kita tidak bisa membayangkan kehidupan
dunia ketika cinta tidak ada didunia ini, betapa hambarnya jalinan persaudaraan
ketika tidak disertai cinta. Ketika kehidupan dunia tanpa cinta, terlahir di dunia mungkin
adalah sebuah kutukan. Tidak heran kalau banyak orang yang merangkak menuju
kesuksesan karena cinta yang mereka miliki. Saat cinta menyapa maka saat itu
juga sirna kata susah, semua rasanya seolah penuh dengan keindahan. Cinta
meminjam ungkapan dari kahlil gibran seperti mereguk secawan anggur yang
melenyapkan dahaga. Cintalah yang membuat indah kehidupan dan kehadirannya
sungguh memerangkap siapapun. Sang penyair besar Rumi adalah sosok pengagum
cinta dimana ia pernah mengatakan bahwa manakala engkau melihat cinta dalam
dirimu, tambalah ia supaya ia bertambah...karena yang bertambah cintanya tidak
akan pernah menyesal.
Dalam catatan ini saya tidak menulis
cinta dalam artian sempit yang hanya memandang cinta pada pada sebatas jalinan
kasih antara pria dan wanita karena menulis cinta secara dangkal hanya akan
menodai keagungan cinta itu sendiri. Tapi catatan ini melihat cinta dari
perspektif yang luas baik dalam dunia kerja, pergaulan, dunia bisnis dan lain
sebagainya.
Saya melihat ada pergeseran paradigma
dalam strata sosial saat ini, tidak sedikit para penulis hebat saat ini
menganjurkan cara hidup yang tidak berorientasi lagi pada materi. Pada era
sebelumnya kita dituntut bahkan motifasi kita dalam mengejar sesuatu selalu
dinilai dengan materi. Tidak heran kalau maslow seorang psikolog yang menulis
dalam bukunya bahwa manusia dalam mengejar sesuatu dimotifasi nafsu sex dan
uang. Namun saat ini sepertinya terjadi pergeseran cara memandang proses
pencapaian tujuan. Saat ini banyak penulis yang memasukan unsur cinta dalam
pencapaian tujuan, persoalan uang dan sex yang dalam pemikiran maslow adalah
unsur utama tapi bagi para pemikir lain itu hanyalah merupakan efek samping
saja bukan merupakan tujuan.
Mengenai kajian bagaimana penerapan
cinta dalam dunia kerja, sangat jelas dijabarkan oleh la ode masihu kamaludian
dalam sebuah bukunya dimana fokus utama kajian dalam bukunya adalah
mengkhususkan pada cepat kaya diusia muda hanya bermodal cinta. Pembahasan yang
dituturkan cukup bening, tajam dan mengena dengan fakta sosial saat ini. Apa
yang dibahas oleh masihu ini sepintas mirip dengan apa yang di kaji oleh
maxwel, keduanya memasukan unsur cinta sebagai tool utama dalam membahas
pencapaian sebuah tujuan. Kedua penulis ini menekankan akan pentingnya cinta,
malah cinta adalah modal penting dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Pentingnya
cinta ini juga pernah ditulis oleh Penulis buku don’t sweet the small stuf,
Richard Calson menulis, tujuan hidup ini bukanlah untuk menyelesaikan semua
tugas, tapi untuk menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup dan merasakan
hidup yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Merasakan hidup yang penuh dengan
cinta dan kasih sayang mempunyai makna bahwa dalam mengerjakan sesuatu kita
harus menerapkan pola pikir yang benar, keinginan yang kuat dan semangat
pantang menyerah. Saya sangat yakin ketika seseorang melakukan apa yang dia
kerjakan karena didasari oleh cinta, tidak ada sedikitpun lelah yang mereka
rasakan. Semua kesulitan akan dilalui dengan senyum dan tidak ada sedikitpun
jenuh, penyesalan maupun rutukan kebosanan. Dalam bukunya The Wealth of Nations,
Adam Smith menuturkan bahwa: “…..kita tidak hidup dari belas kasih penjual roti……….melainkan
karena kecintaaan penjual roti tersebut kepada dirinya sendiri…..”. Maksud
pernyataan tersebut adalah penjual roti memproduksi roti-roti yang mereka jual
bukanlah karena kasih sayangnya kepada kita melainkan karena kecintaan penjual
roti tersebut kepada dirinya sendiri agar dia bisa memenuhi kebutuhan dirinya
yang lain dari imbalan atas roti yang dijual kepada kita. Tapi kalau diteliti
lebih dalam lagi, dengan kecintaan pada dirinya sendiri sekaligus mendorong
penjual roti tersebut untuk memberikan perhatian kepada para pembeli rotinya,
yaitu dengan memproduksi roti-roti yang bermanfaat serta memuaskan para
pembelinya agar roti buatannya selalu dibeli. Orang yang mengalami stres dalam
pekerjaan sebenarnya adalah mereka yang bekerja bukan karena didasari oleh
cinta, tapi mereka melakukan pekerjaan karena pengejara atas nilai materi
semata.
Memasukan unsur cinta dalam melakukan setiap
pekerjaan adalah seperti sebuah nafas panjang yang akan membuat semangat dalam
melakukan setiap pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan. Dan ketika kita telah
melakukan pekerjaan dengan cinta maka imbalan yang didapat bukan hanya dari
materi tapi didapatkan dari keduanya. Merujuk pada hukum positif, maka sesuatu yang baik akan berbalas dengan kebaikan pula. Mungkin karena persoalan ini hingga sekarang banyak toko-toko besar yang dalam memasarkan produknya tidak lagi mengutamakan kulaitas produk yang mereka jual, begitu juga dengan bisnis jasa mereka sudah menerapkan unsur cinta dalam memberikan pelayanan. Sebuah perusahan maskapai penerbangan terbesar di amerika menganjarkan kepekaan cinta pegawainya sehingga mereka sudah memahami keinginan pelanggan dan sebelum pelanggan mereka menyebutkan keinginan mereka para pegawai sudah menawarkan apa yang mereka inginkan.
"Cinta adalah sebuah karya dalam dunia yang kecil,
bersembunyi dengan manis disetiap hati manusia,
akan menyerbak dengan harum
ketika sentuhan kecil itu menyentuh hati tanpa ragu,
sehingga kamu lupa kapan kamu pernah mencintai seseorang."