Mengenalmu adalah anugerah buatku, walaupun hanya sesaat bersamamu tapi buatku itu sudah lebih dari cukup. Dua minggu bersamamu adalah waktu yang cukup untuk memahami perbedaan-perbedaan diantara kita. Dari perbedaan itu saya memahami bahwa yang membuat indahnya hidup adalah karena perbedaan. Mengubahmu seperti yang saya inginkan hanya akan menghilangkan ciri khasmu dan pada akhirnya aku hanya akan melihat bayanganku sendiri di dalam dirimu. Karena itu aku mencoba untuk akrab dengan perbedaan diantara kita.
Semakin aku menyelamimu jauh ke dasar jiwamu keindahan-keindahan itu semakin memesonaku untuk berlama-lama berada di sana. Kesantunan dan kelembutanmu dalam bertutur kata membuatku betah untuk kamu ajari adab kesantunan sebuah budaya. Masih terngiang di telingaku saat kamu menunjukan padaku tempat dan nama jalan di kotamu dan saat itu kamu sempat berjanji untuk mengantarku jalan-jalan di sebuah makam bersejarah, sebuah makam anak bangsa yang gemilang membawa bangsa ini dimasa kekuasaannya hingga disegani oleh bangsa lain. Suatu sore saat pamit untuk kembali, kamu mengantar keberangkatanku dengan tetesan air mata rindu yang mengalir kedalam telaga jiwaku dan mengubahnya menjadi gumpalan rindu yang menyesakkan.
Sebuah kenangan dalam cinta tidak ditentukan oleh intensitas pertemuan, tapi lebih di tentukan oleh kualitas cinta yang telah kita desain sendiri. Ada yang mengatakan bahwa rindu hanya bisa diobati dengan sebuah pertemuan tapi saya berpikir bahwa pertemuan itu hanya sedikit mengobati kerinduan kita, karena seiring dengan itu akan muncul kerinduan-kerinduan lain dalam setiap perjumpaan dan tidak akan pernah berakhir. Tidak sedikit orang yang terjebak dengan perangkap rindu yang mereka ciptakan sendiri. Dan mereka akan sadar saat aliran sungai rindu dalam diri mereka telah mengering dan menyisahkan kepingan duka yang dalam.
Walaupun saat ini kita pisah oleh persoalan yang seharusnya tidak pantas untuk dijadikan persoalan tapi saya bersyukur. Cukup banyak nilai moral yang saya dapatkan dari kisah yang telah kita goreskan pada angkuhnya kehidupan ini. Pisah darimu adalah suatu duka yang akan membuat perih setiap aku mengenangmu, walaupun perih tapi ini adalah sesuatu yang harus dijalani dan ini adalah pilihan kita berdua. Pada hal meminjam apa yang dikatakan oleh yusran taridala bahwa aku hanya akan mencintaimu seperti cinta yang diajarkan oleh ibuku, cinta yang tidak seperti api membakar kayu dan menjadikannya abu. Tapi cinta yang tidak akan punah, karena aku tidak akan membakarmu dengan api cinta birahi.
Gang V/250 13 Juni 2010