Alkisah, disebuah kerajaan kecil ada seorang pemuda desa yang jujur dan idealis yang karirnya tengah menanjak. Setelah beberapa tahun mengabdi sebagai pegawai kerajaan, akhirnya ia dipromosikan sebagai pejabat pengawas keuangan. Karena kejujuran dan idealismenya ia dianggap mampu mengawasi keuangan keraajaan yang dikorupsi oleh pejabat lainnya. Karena begitu idealismenya menentang dan menindak pejabat korup, akibatnya baru beberapa bulan memangku posisinya, si pemuda panen ancaman dan tekanan.
Merasa hidupnya selalu tertekan dan terancam, hatinya mulai goyah. ditengah kegundahan itu ia pergi memnemui seorang kakek tua yang menjadi panutan di desanya. Setelah si pemuda menguraikan duduk persoalannya sang kakek menanggapinya dengan memberinya sebuah keranjang untuk dipanggul sipemuda. Setelah itu sikakek mengajak sang pemuda menelusuri jalan-jalan pedesaan sambil sang pemuda memunguti batu yang ditemui ditengah jalan kemudian disimpan didalam keranjangnya. Setelah berjalan cukup jauh keranjang hampir dipenuhi batuan dan nafas si pemuda mulai tersengal dan jalannya terseok karena kepayahan.
Sesampai dibawah pohon rindang,sikakek bijak meminta sipemuda beristrahat dan menaruh keranjangnya dan kemudian menasehatinya. Keranjang dan batu-batu itu sesungguhnya hampir sama dengan kehidupan saat ini. Saat kita baru lahir di dunia, kita sama seperti keranjang kosong, lalu dalam perjalanan hidup kita memungut apapun yang kita inginkan dan memasukannya kedalam keranjang kehidupan kita, masa remaja, masa dewasa, keluarga, prestasi, kesenangan, keinginan, pekerjaan, tanggung jawab, idealisme dan masalah. semua itu ada harganya, semakin jauh perjalanan kehidupan kita maka semakin berat pula keranjang kehidupan kita.
Sepanjang kehidupan kita yang namanya masalah, kesulitan, hambatan dan tantangan pasti selalu ada, dan setiap kali kita berhasil melewati satu masalah, kita pasti tumbuh menjadi lebih matang lagi dalam kehidupan ini. Dan masalah tidak akan pernah berhenti mempermainkan kita selama kita masih berjalan tegak dimuka bumi ini. Begitu banyak orang yang mengeluhkan beban hidup dari profesi apapun dia. Banyak orang yang memilih mengakhiri hidupnya dengan tragis karena tidak tahan menanggung beban hidup yang dirasakan cukup berat. Kehidupan itu seperti sebuah panggung interaksi sosial yang memberikan kita getar rasa kebahagiaan. Kehidupan adalah medan laga yang mengantarkan kita pada sebuah penaklukan menuju kemenangan sejati.
"Seberat apapun persoalan yang dihadapi, hadapilah dengan senyum sampai ia terpikat padamu".
Malang, 27 Juli 2011
Gang, 19 Kav. 7/7