Laptop, Rokok, Kopi, Bahan ritual buat Nulis
Sudah tiga hari tidak keluar rumah, Bosan di kost terus. Ruangan empat kali empat seolah membatasi jangkaun pikiran saya. Karena itu saya memutuskan untuk sedikit memanjakan pikiran, setelah mempertimbangkan antara suasana dan kemampuan jangkauan isi dompet saya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan memanjakan pikiran di resto dan café puncak tidar. Bukan untuk sekedar gaya-gayaan atau sekedar gengsi tapi bagi saya ini adalah sebuah tempat yang bisa menetaskan ide-ide yang selama ini diperam dalam pikiran.
Di Kafe ini saya mencoba membebaskan pikiran saya untuk menjangkau dengan liar hingga menjangkau titik terluar batas pemikiran saya. Di sini saya mencoba memberi kebebasan pada pikiran saya untuk menangkap setiap ide-ide yang kemudian saya jelmakan dan susun dalam rangkaian kata yang membentuk untaian makna yang mengalirkan rasa kebahagiaan tersendiri bagi pikiran yang selalu mengembara sana sini menangkap fenomena untuk diabadikan dalam kisah yang disusun dalam barisan kata yang sarat akan makna.
Saat menjelang senja
Di kafe ini aku menemukan dunia, dunia tanpa batas yang memberi kebebasan, keheningan dan dunia yang memberi kejernihan pada pikiran hingga halusnya suara desahan lirih dedaunanpun terasa indah untuk dilukiskan. Disini adalah dunia dimana pikiran ditajamkan, disini adalah dunia dimana tingka kepekaan rasa diasah untuk merasakan setiap pergerakan-pergerakan yang terjadi. Di sini adalah kehidupan yang mengalirkan ide tanpa henti menuju muara pemikiran kita yang penuh dengan gumpalan-gumpalan ide tercerahkan yang membawa kita pada lautan kebijaksanaan untuk menari indah diatas kerasnya gelombang samudera kehidupan.
Sebelum pulang, abadikan gambar dulu
Di kafe ini saya mengembarakan pikiran-pikiran saya dengan bebas untuk berkomunikasi dengan alam untuk menemukan titik kebijaksanaan hidup. Disini mengalir Sebuah kejernihan hidup yang mampu mengantar pada derajat tertinggi dalam menentukan celah tipis tak tak berantara. Sebuah celah yang sulit di tentukan, dimana batas antara keduanya dipertemukan. Bagaimana ia dipadukan serta dengan cara bagaimana celah itu di samarkan yang membuat kita mengalami kesulitan menerjemahkan makna yang ingin di sampaikan. Disini pikiran saya bebas menyapa senja dengan lembut yang semakin jauh meninggalkan siang.
Disini, saya berdiri dari jarak yang aman, dari tempat yang jauh hingga semuanya tersamarkan tapi saya masih sanggup memahami bagaimana pikiran kita di kacaukan oleh spontanitas perubahan yang tidak bisa kita bendung. Disini saya memahami dengan cara bagaimana kita menyelinap dengan indahnya setiap kali perubahan itu datang, disini saya tau menentukan tempat yang tepat pada saat yang tepat sebelum semuanya berubah. Disini saat semuanya telah diselimuti oleh kegelapan, tapi buat saya tidak ada bedanya dengan siang karena semuanya masih membekas dengan jelas masih bisa membedakan sesuatu yang tersamarkan…
Malang, 21 Juli 2011
Kafe & Resto Puncak Tidar